Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 150 peserta, 78 diantaranya peserta asing dari 17 negara, tumpah di sirkuit buatan di Taman Impian Jaya Ancol pada 2-5 Maret 2006 minus peserta Amerika Serikat (AS) yang terprovokasi media mereka, sehingga absen dalam Pra-Kejuaraan Dunia Mobil Kontrol. Untuk memboyong sirkus Pra-Kejuaraan Dunia Mobil Kontrol (IFMAR 1/8 Scale Buggy Off-Road Pre-World Championship) itu ke Indonesia, termasuk kejuaraan dunia Agustus 2006 yang juga berlangsung di Ancol, bukan pekerjaan mudah, sehingga acara ini menjadi perhatian amat serius bagi kalangan yang berkepentingan. Derek Bruno, eksekutif editor majalah RC411 AS dalam artikelnya "When is bad bad?" mempertanyakan mengapa badan dunia mobil kontrol (IFMAR) memilih Indonesia sebagai tuan rumah kejuaraan dunia 2006, karena ada teroris di Indonesia dan berbagai negara memberlakukan larangan berkunjung (travel warning) ke negara ini. Dengan gambar mobil tank bertuliskan IFMAR Offroad World Bust dan di dekatnya ada mobil kontrol kecil, Derek menutup tajuknya yang juga dimuat dalam laman http://www.rc411.com itu dengan kata-kata sindiran, "Hopefully Iraq or North Korea isn`t next in line to hold the next event" (berharaplah bukan Irak atau Korea Utara menjadi jalur di acara berikutnya). Ia malah mengatakan, memboikot perlombaan di Ancol. Perlakuan media AS dan tidak hadirnya satu pun peserta dari AS ke acara olahraga atau hobi tingkat dunia itu di Ancol, membuat "gerah" banyak tokoh mobil kontrol, termasuk para peserta. Sebagai gambaran saja, perhelatan dunia di Ancol yang dipromotori John Agus dari JA Team yang juga ketua harian Asosiasi Radio Model Indonesia (ARMI) bersama dedengkot otomotif Fardy Sungkar itu, diikuti peserta dari Swedia, Taiwan, Thailand, Portugal, Singapura, Slovakia, Korsel, Spanyol, Italia, Jepang, Malaysia, Belanda, Finlandia, Perancis, Jerman, Australia dan Brunei Darussalam. Di antara mereka ada juara dunia 1998, Reckwell Daniel dari Jerman, juara dunia 2000 Juichi Kanai dari Jepang dan juara dunia 2004 dari Perancis, Vray Guillaume, sedangkan peserta Indonesia yang ternyata sudah beberapa kali tampil di kejuaraan dunia adalah John Agus serta pemain sinetron Teddy Shach. "Kita bekerja keras meyakinkan Ifmar bahwa situasi di Indonesia aman dan Ifmar lebih percaya kepada kita sebagai organisasi ketimbang media Amerika," kata John Agus yang juga mantan pereli nasional. Salah seorang ketua seksi IFMAR, Sander de Graaf asal Belanda yang ditemui di Ancol, juga menuturkan keheranannya akan sikap AS itu, sementara ia sendiri menyaksikan betapa amannya Indonesia dan betapa indahnya Taman Impian Jaya Ancol. "Bahkan, AS sendiri saya lihat belum pernah melakukan persiapan seperti yang dilakukan panitia di Ancol, bila mereka menyelenggarakan perlombaan. Situasi itu menurut saya insidental, tidak dapat disamakan di semua tempat," kata Sander. Pemain sinetron Indonesia, Teddy Shach, malah menyayangkan masalah olahraga atau hobi dihubung-hubungkan dengan politik. "Itu tidak benar, seharusnya Amerika tidak khawatir datang ke Indonesia. Ini kan permainan hobi dan olahraga, bukan politik. Kita di sini bersama pembalap dari Eropa menyayangkan hal itu," katanya. Formula satu mini Untuk yang baru pertama kali menyaksikan perlombaan pra-kejuaraan dunia mobil kontrol yang resmi terdaftar dalam kalender IFMAR yang beranggotakan 42 negara itu, akan terkesima karena perlombaan itu mirip dengan kejuaraan dunia beneran, katakanlah seperti kejuaraan Formula Satu (F1). Bedor, jagoan pembuat lintasan balap dari Jawa Tengah, selama satu bulan bersama 15 krunya menyulap kawasan di tepi pantai Ancol menjadi lintasan apik sepanjang 0, 475 km dengan lebar empat meter, dilengkapi dengan menara untuk pembalap yang adu keterampilan memainkan alat pengendali jarak jauh (remote control) mereka dan pada lantai lainnya ada wasit dan ruang pencatatan waktu yang langsung tersambung ke layar komputer. Setiap pembalap didampingi mekanik yang menunggu kendaraan mereka di tepi pedok sementara jalur untuk masuk pit disediakan untuk pengisian bahan bakar. Di bagian belakang kawasan lomba, ada areal untuk membersihkan mobil kecil seberat 3-3,5 kg berkapasitasn tiga CC itu. Mobil kecil buatan pabrik Mugen Seiki, Kyosho dan beberapa perusahaan lain dengan beragam tipe itu, mampu melaju di lintasan berliku-lika dengan enam titik tanjakan yang dijaga 15 orang "marshal" secepat empat sampai lima menit per putaran dengan kecepatan sekitar 60km per jam. Pra-Kejuaraan Mobil Kontrol di Ancol itu, sekaligus sebagai babak penentuan bagi pembalap yang diperbolehkan IFMAR tampil pada kejuaraan dunia Agustus di tempat sama dan Indonesia mendapat kuota hanya antara empat sampai lima peserta. Menyaksikan usaha maksimal panitia serta hebatnya sambutan para pembalap atas penyelenggaraan itu, Sender mengatakan hal ini akan dibawanya dalam laporannya kepada IFMAR. "Saya bangga melihat kenyataan ini," kata orang Belanda itu berulang-ulang. Tidak hanya itu, ternyata ada seorang wartawan AS yang hadir, Mike Myers, mewakili beberapa majalah Amerika termasuk situs resmi mobil kontrol di laman http://www.sgrid.com dan gambar sirkuit buatan Bedor itu sudah terpampang dalam situs itu, lengkap dengan ceritanya. Wartawan sepuh yang sudah menjelajah belahan dunia itu sebagai penulis khusus mobil kontrol, juga menyayangkan sikap beberapa media negaranya yang terprovokasi dengan masalah teroris yang juga disebar negara mereka itu. Ia mengarahkan jempol jarinya ke bawah ketika ditunjukkan tulisan Derek Buono yang mengancam acara di Ancol itu tidak akan dimuat di Xtreme RC Cars, RC Drivers dan RC Car. "Saya pernah bertemu dengannya. Dia itu tidak ada apa-apanya," katanya sembari menyayangkan sikap Derek DKK yang memolitisir situasi sementara mereka sendiri tidak faham apa yang terjadi. "Saya suka di sini (Indonesia), orangnya ramah dan saya merasa amat aman di sini," katanya sembari menambahkan hal ketenangan Indonesia itu akan digembar-gemborkannya melalui beberapa media serta situs AS yang berlangganaan tulisannya. Media AS ada yang menyerang IFMAR karena memilih Indonesia sebagai tuan rumah sekaligus "menjelek-jelekkan" Indonesia, namun terjadi AS kontra AS, karena ternyata ada wartawan AS datang dan duduk di satu pojok di Ancol, mengirimkan lewat laptopnya tentang jalannya perlombaan serta betapa amannya Indonesia. Kalau "mata" AS terbuka setelah mengikuti jalannya perlombaan di salah satu pojok ibukota Indonesia, tentu peserta dalam kejuaraan dunia di tempat sama Agustus 2006 akan menjadi lebih bersemarak. Radio kontrol yang kecil itu,--juara di Ancol berasal dari Spanyol,-- ternyata telah menjadi alat yang amat besar dalam mengangkat derajat keharuman nama bangsa dan negara di tingkat internasional dan pada saatnya nanti "mata" Derek Buono-Derek Buono yang ada di AS diharapkan akan menjadi lebih bersih. (*)

Pewarta: Oleh A.R. Loebis
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006