Multan, Pakistan (ANTARA News/Reuters) - Serangan bom rakitan Minggu di dekat iring-iringan Syiah di kota Khanpur, Pakistan tengah, merenggut 18 jiwa dan mencederai 30 orang, kata beberapa pejabat kepolisian.

Bom yang dikendalikan dari jarak jauh itu ditanam di dekat sebuah tiang listrik, kata Sohail Chattha, kepala kepolisian daerah itu, dengan menambahkan bahwa peledakan dilakukan ketika kelompok massa Syiah itu mendekat.

"Ada ledakan keras beberapa yard dari pawai itu dan kami semua bergegas menjauh," kata Imran Iqbal, salah seorang peserta iring-iringan itu.

"Puing ada di mana-mana dan awan debu menelan kami. Banyak orang tewas di lokasi kejadian," tambahnya.

Pawai muslim Syiah sering diserang oleh kelompok-kelompok gerilya Sunni yang berhaluan keras, yang menganggap mereka menyimpang dari Islam.

Iring-iringan Minggu itu dilakukan untuk peringatan Arbain, yang menandai 40 hari setelah Asyura yang memperingati pembunuhan Imam Hussein, salah satu tokoh suci Syiah, oleh tentara Kalifah Yazid pada 680 Sesudah Masehi.

Selama puluhan tahun pertikaian berdarah terjadi antara mayoritas Sunni dan minoritas Syiah, yang mencapai sekitar 20 persen dari penduduk Pakistan.

Kekerasan sektarian meningkat sejak gerilyawan Sunni memperdalam hubungan dengan militan Al-Qaida dan Taliban setelah Pakistan bergabung dalam operasi pimpinan AS untuk menumpas militansi setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS.

Pakistan juga mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al-Qaida di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Islamabad mendesak AS mengakhiri serangan-serangan pesawat tak berawak, sementara Washington menuntut Pakistan mengambil tindakan menentukan untuk menumpas jaringan teror.

Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan, dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan karena persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan pada militan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan.

AS pada 2010 menggandakan serangan rudal di kawasan suku Pakistan, dan lebih dari 670 orang tewas dalam sekitar 100 serangan sepanjang tahun itu. Pada 2009, 45 serangan semacam itu menewaskan 420 orang, menurut hitungan AFP.

Pesawat-pesawat tak berawak AS melancarkan puluhan serangan di kawasan suku Pakistan sejak pasukan komando AS membunuh pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden dalam operasi rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei 2011.

Penyerbuan AS terhadap tempat Osama itu telah membuat malu dan marah militer Pakistan dan menambah ketegangan antara kedua negara tersebut.

(Uu.M014)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2012