Medan (ANTARA News) - Banyaknya kelompok anak punk yang terus bertabur di Kota Medan, tidak hanya meresahkan masyarakat di kota itu, tetapi juga merusak pemandangan daerah tersebut yang sedang lagi giatnya berbenah menjadi kota metropolitan.

"Bergerombolnya kelompok anak punk di sejumlah lampu merah dan di pinggiran jalan itu, sangar meresahkkan warga yang sedang mengemudikan mobil, penumpang becak bermotor dan mobil angkutan kota (Angkot)," kata salah seorang warga Medan, Hamid (54) di Medan, Minggu malam.

Kedatangan atau "membanjirnya" terus anak punk kota Medan yang berpenduduk 2,6 juta jiwa itu, menurut dia, tidak hanya menjadi beban bagi Dinas Sosial dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) Kota Medan, tetapi juga masyarakat pengguna jalan raya.

Sebab, katanya, anak punk yang mengenakan busana asal jadi, rambut di cat putih, badan dipenuhi tato, dan bagian hidung dan kuping pakai kerabu terbuat dari paku itu, sering meminta dan memaksa pengemudi mobil agar memberikan uang.

"Kalau tidak diberikan, anak punk itu mengetok-ngetok kaca mobil, bahkan ada juga yang sampai menggores mobil masyarakat yang lagi berhenti di lampu merah di persimpangan jalan protokol, seperti di Jalan Halat, Jalan Prof M Yamin dekat Aksara, daerah titi kuning Jalan AH Haris Nasution, Jalan Gagak Hitam (Rig Road) dan tempat lainnya," kata Hamid.

Ia mengatakan, kegiatan atau praktik anak punk bergaya "ala pengamen" itu, tidak pernah berhenti, meski pun Satpol PP Kota Medan sering melancarkan razia atau penertiban terhadap mereka yang sering mangkal di pinggiran jalan di Kota Medan.

Kelompok anak punk itu, jelas Hamid, terus berganti-ganti dengan lain wajah dalam mengamen di Jalan Halat Medan, terdiri dari remaja pria dan wanita dengan berbagai gaya atau penampilan yang merusak pemandangan mata bagi masyarakat yang melihat tingkah laku mereka.

"Kadang-kadang anak punk yang berdiri dan berkumpul di pinggiran Jalan Halat Medan, berdua-duan seperti layaknya kedua sejoli yang sedang lagi pacaran.Hal seperti ini jelas mengganggu ketertiban umum dan menjadi tontonan bagi masyarakat," ujarnya.

Selain itu, jelasnya, tingkah laku yang dibawakan anak punk itu, juga menyebalkan, serta "memuakkan" bagi warga yang melihat mereka. Anak punk itu, juga tidak bermoral dan ngomong juga mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh dan tidak enak di dengar kuping.

"Pemerintah Kota Medan diharapkan perlu kerja keras untuk menertibkan dan merazia anak punk itu.Bila perlu mereka yang diamankan itu dapat dibina agar bisa hidup mandiri,dan jangan lagi mengemis-ngemis di tengah jalan dan mengharapkan belasan dari orang.Ini jelas sangat memalukan," kata Hamid.

Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © ANTARA 2012