Sampang (ANTARA News) - Polres Sampang, Madura, Jawa Timur, menarik 243 personelnya dari lokasi konflik di Desa Karang, Gayam, Kecamatan Ombem, karena situasi di daerah itu telah dianggap aman.

"Personel yang kami tarik merupakan pasukan bantuan dari Brimob Polda Jatim," kata Kepala Bagian Operasional (Kabag Ops) Polres Sampang, Kompol Danuri.

Menurut Danuri, situasi di Desa Karang Gayam saat ini berangsur membaik, setelah para pengungsi dari kelompok bertikai dipulangkan ke rumahnya masing-masing pada beberapa waktu lalu.

"Tapi memang tidak semua personel kami tarik karena sebagian masih ada yang berjaga-jaga di sana," kata Danuri menjelaskan.

Danuri memastikan di Desa Karang Gayam tidak akan terjadi lagi konflik setelah semua pihak bersepakat untuk menciptakan suasana yang kondusif.

"Kami juga terus meningkatkan koordinasi dengan para tokoh, baik tokoh agama, ataupun tokoh masyarakat yang ada di sana," katanya.

Selain itu, polisi juga meminta kepada kedua belah pihak yang bertikai, yakni kelompok Islam Syiah dengan kelompok lain di wilayah itu untuk saling menjaga dan tidak melakukan perbuatan yang bisa menimbulkan gejolak massa.

Konflik bernuansa SARA di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben Sampang itu terjadi pada 29 Desember 2011.

Konflik yang berbuntut penyerangan terhadap kelompok Syiah bermula dari konflik pribadi antara pimpinan Islam Syiah Tajul Muluk dengan saudaranya KH Rois yang berbeda aliran.

Dari konflik keluarga itu, lalu meluas menjadi konflik SARA setelah di kalangan pengikut KH Rois tersiar kabar bahwa aliran Syiah merupakan aliran Islam sesat sehingga pengikut KH Rois beramai-ramai mengusir pengikut Syiah dari wilayah Kecamatan Omben dan Kecamatan Karangpenang.

Puncaknya terjadi pada 29 Desember 2011 berupa pembakaran rumah, madrasah, mushalla dan pesantren kelompok Syiah.

Sebanyak 335 orang pengikut aliran Syiah dari total 351 orang dievakuasi ke GOR Wijaya Kusuma di depan kantor Bupati Sampang akibat kerusuhan yang terjadi ketika itu.

Konflik ini sudah terjadi sejak 2006, namun hingga kini belum bisa diredam hingga akhirnya terjadi aksi anarkis berupa pembakaran tersebut.

(KR-ZIZ/E011)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2012