Semarang (ANTARA News) - "Saya setiap hari menyetel radio untuk mendengarkan lagu-lagu dangdut, agar bisa mendengar dan merasakan denyut rakyat," kata mantan Presiden RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ungkapan hati Gus Dur itu dilontarkannya saat temu anggota Legislatif dan Eksekutif Partai Kebangkitan Bangsa se-Jawa Tengah, di Semarang, Senin. Walau tidak menyebutkan penyanyi dan lagu dangdut favoritnya, Gus Dur menilai, dari syair yang disenandungkan bersama irama melayu itu bisa untuk ikut merasakan apa yang tengah dialami rakyat. Tetapi, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu pun mengemukakan, kalau disuruh mendengarkan musik betulan, maka komposisi Simponi Kesembilan (Ninth) gubahan Beethoven tetap menjadi pilihan utama untuk memanjakan pendengarannya. Hal ini agaknya menegaskan bahwa selera musik Gus Dur tidak berubah, tetap musik klasik. Walau suara hatinya di dangdut. Gus Dur juga memuji penampilan paduan suara Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, yang dalam acara itu membawakan lagu ciptaan Dian Pramana Putra dan Dedy Dhukun. Hanya saja, Gus Dur pun mempertanyakan: "Tetapi, shalawat badar yang menjadi ciri khas NU kok malah tidak?" (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006