Denpasar (ANTARA News) - Orang Bali dalam menjalani kehidupan sehari-hari penuh dengan warna kesenian, karena sejak dalam kandungan ibunya sudah dibuatkan upacara magedong-gedongan dengan persembahan sesaji yang ditata sedemikian rupa penuh nuansa seni,.

"Persembahan sesaji (sesajen) untuk bayi dalam kandungan tidak hanya bernilai religius, namun diharapkan mampu menjaga keselamatan bayi dalam kandungan," kata Ketua Program Studi Pemandu wisata Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Doktor Drs I Ketut Sumadi M.Par di Denpasar, Rabu.

Ia mengatakan, persembahan sesajen untuk bayi dalam kandungan itu juga mengandung makna penuh citarasa seni yang mampu membuat si ibu yang mengandung bayinya menjadi senang, penuh suka cita dan gembira.

"Secara otomatis ritual ini telah memasukan vibrasi kesenian kepada bayi yang ada dalam kandungan," ujar alumnus S-3 kajian budaya Universitas Udayana.

Ia menjelaskan, bayi yang baru lahir bagi orang Bali juga terus mengalami proses ritual dan kesenian pada saat lahir, umur 42 hari yakni satu bulan tujuh hari (bulan pitung dina), tiga bulan (telu bulan), enam bulan (satu oton) dan seterusnya sampai dewasa.

Semuanya dibuatkan upacara dengan perlengkapan sesajen yang sangat rumit dan makin tinggi pula nilai seninya. Bahkan bagi orang yang mampu dari segi ekonomi, setiap rangkaian upacara itu diiringi dengan pementasan kesenian.

Miguel Covarrubias, seorang penulis, pelukis dan antropolog kelahiran Meksiko. Lewat bukunya yang berjudul "Island of Bali", memperkenalkan pesona seni budaya dan tari Bali kepada dunia barat.

Dalam buku itu Covarrubias menyebut semua orang Bali adalah seniman, sehingga Pulau Bali kemudian lebih dikenal dengan nama "Island of Paradise" dan kesenian Bali pun semakin terkenal ke seluruh dunia.

Namun yang masih jarang orang tahu, menurut Ketut Sumadi, bahwa para leluhur atau seniman orang Bali memiliki hari istimewa untuk menjaga citra dan wibawa (taksu) kesenian dan kesenimannya, termasuk merawat dan menjaga perlengkapan kesenian.

Melalui prosesi upacara agama. Tumpek Kerulut dan Tumpek Wayang atau ada juga orang menyebutnya Tumpek Aringgit, yang jatuh pada hari Saniscara (Sabtu) Kliwon, Wuku Kerulut dan Wuku Wayang, setiap enam bulan sekali.

Aktivitas berkesenian menjadi senjata ampuh untuk membentuk karakter anak-anak agar tumbuh dengan kehalusan budi, cerdas, penuh kreativitas, mandiri, dan bertanggungjawab, ujar Ketut Teneng.

Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © ANTARA 2012