Singapura (ANTARA) - Menteri pertahanan Fiji pada Minggu mengatakan bahwa ancaman terbesar bagi kawasan Asia-Pasifik adalah perubahan iklim, bukan konflik bersenjata.

Pernyataan itu membawa suara berbeda dalam pertemuan puncak pertahanan yang didominasi isu-isu tentang perang di Ukraina dan perselisihan antara China dan Amerika Serikat.

Negara-negara kepulauan di Pasifik, seperti Fiji, Tonga dan Samoa, menjadi kawasan paling rentan di dunia terhadap bencana ekstrem akibat perubahan iklim.

Fiji telah dihantam oleh badai-badai tropis dalam beberapa tahun terakhir, menimbulkan banjir besar yang mengusir ribuan warga dari rumah mereka dan merusak ekonomi negara itu.

Baca juga: Blinken: AS akan tingkatkan keamanan Indo-Pasifik

"Di benua Pasifik kami yang biru, senjata mesin, jet tempur, kapal abu-abu dan batalion hijau bukan masalah utama dalam keamanan kami," kata Menteri Pertahanan Fiji Inia Seruiratu dalam Dialog Shangri-La, pertemuan puncak keamanan Asia yang digelar di Singapura.

"Satu-satunya ancaman terbesar bagi eksistensi kami adalah perubahan iklim. Itulah yang mengancam harapan dan impian kesejahteraan kami," kata dia.

Pertemuan yang akan ditutup pada Minggu itu telah didominasi oleh perdebatan tentang invasi Rusia di Ukraina dan ketegangan yang meningkat antara AS dan China tentang masalah apa pun, mulai dari kedaulatan Taiwan hingga pangkalan AL di Pasifik.

Negara-negara pulau di Pasifik telah menjadi perhatian di kawasan itu tahun ini setelah China meneken pakta keamanan dengan Kepulauan Solomon pada April.

Pakta itu memicu kekhawatiran AS, Australia dan Selandia Baru. Mereka takut China akan melangkah lebih jauh dengan mendirikan pangkalan militer di Pasifik.

Beijing mengatakan bahwa mereka tidak membangun pangkalan militer di Kepulauan Solomon dan bahwa tujuan pakta itu adalah untuk memperkuat kerja sama keamanan dengan negara-negara pulau di Pasifik.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi telah melakukan tur ke pulau-pulau Pasifik bulan lalu untuk menjalin kerja sama perdagangan regional dan keamanan.

Namun, pembicaraan dengan negara-negara pulau itu tidak mencapai kesepakatan.

Seruiratu mengesampingkan kekhawatiran pada adu pengaruh di Pasifik dengan menegaskan bahwa negaranya bersedia bekerja sama dengan negara mana pun.

"Di Fiji, kami tidak terancam oleh persaingan geopolitik," kata Seruiratu dalam pidatonya.

"Kami harus menyesuaikan cara kami bekerja dan dengan siapa kami bekerja untuk mencapai stabilitas," katanya.

Sumber: Reuters

Baca juga: Australia, Selandia Baru bekerja sama untuk iklim dan keamanan Pasifik
Baca juga: Dibayangi konflik, AS dan China akan bertemu di KTT keamanan Asia

Pewarta: Anton Santoso
Editor: Mulyo Sunyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2022