Jakarta (ANTARA News) - Menko Perekonomian Boediono mengajak kalangan dunia usaha untuk melihat perkembangan yang terjadi di China dan India sebagai peluang dan kesempatan bagi Indonesia untuk juga mengembangkan perdagangan dan investasi. "Kita perlu menyikapi tantangan persaingan global ini dengan tepat dengan menekankan aspek yang pertama yaitu melihat perubahan ini sebagai kesempatan bagi kita untuk terus berkembang dan jika mungkin kelak, dan barangkali tidak lama lagi perhatian dunia akan mengarah juga kepada Indonesia sebagai satu negara lagi yang tidak kalah potensinya dibandingkan dengan China dan India," kata Boediono di Jakarta, Selasa. Masyarakat terutama kalangan dunia usaha harus melihat persaingan global sebagai peluang dan tantangan ketimbang ancaman yang menakutkan yang mendorong pengurungan diri dengan berbagai proteksi. "Ketakutan yang berlebihan justru akan memperlemah kekuatan kita untuk mampu, jangankan untuk menjadi kekuatan baru, bahkan untuk mempertahankan diri dari serbuan pesaing kita," katanya. Menurut dia, Indonesia perlu belajar dan bertanya jika produser China atau India mampu, mengapa Indonesia tidak mampu. Indonesia perlu memanfaatkan status sebagai "follower" untuk melihat apa yang perlu dilakukan dan apa yang perlu dihindari dalam langkah dan strategi ke depan dalam rangka mencapai tujuan memenangkan persaingan global. Langkah untuk memenangkan persaingan global hanya mungkin jika kemitraan antara pemerintah dan dunia usaha diperkuat. "Pemerintah telah sejak lama menyadari pentingnya peran dunia usaha dalam membawa Indonesia menuju cita-cita besar sebagai kekuatan ekonomi baru di dunia," katanya. Menurut dia, sifat yang melekat pada pemerintah secara jelas mendudukkan peran pemerintah lebih sebagai fasilitator dan regulator, bukan sebagai pesaing pengusaha. Perkembangan global terakhir menunjukkan perhatian dunia seolah-olah hanya tertuju kepada dua negara "emerging countries", yaitu China dan India. Dua negara itu menunjukkan perkembangan sangat pesat dalam bidang ekonomi. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006