New York (ANTARA) - Dolar Amerika naik tipis terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), mencapai level tertinggi baru dua dekade, karena para pedagang bersiap untuk kenaikan suku bunga agresif dari Federal Reserve AS minggu ini untuk mencoba mengekang inflasi.

Meningkatnya ekspektasi bahwa Fed akan menaikkan suku bunga lebih besar dari perkiraan sebelumnya membuat investor gelisah pada Senin (13/6) dan mengirim indeks S&P 500 jatuh untuk mengkonfirmasi pasar bearish dan mengintensifkan kekhawatiran atas prospek ekonomi.

Ada ekspektasi hampir 90 persen untuk kenaikan 75 basis poin pada akhir pertemuan Fed dua hari pada Rabu waktu setempat, menurut Alat Fedwatch Refinitiv.

"Akan sangat sulit bagi The Fed untuk mengungguli pasar pada saat ini, mengingat tingkat ekspektasi yang akan terjadi besok," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di perusahaan pembayaran bisnis Corpay.

Indeks dolar AS, yang melacak kinerjanya terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,1 persen pada 105,27, setelah naik ke level 105,32, terkuat sejak Desember 2002.

Dengan inflasi dan kekhawatiran terkait pertumbuhan yang mengganggu ekonomi di seluruh dunia, greenback telah diuntungkan dari arus safe haven dalam beberapa minggu dan bulan terakhir.

"Dolar AS tetap yang terbaik dari kelompok buruk valas," kata Michael Brown, kepala intelijen pasar di perusahaan pembayaran Caxton di London.

"Perdagangan hari ini adalah ketenangan pra-Fed yang cukup klasik, meskipun saya ragu itu akan bertahan, dengan Fed yang hawkish kemungkinan akan memberikan katalis yang diperlukan untuk langkah lebih tinggi (untuk dolar)," kata Brown.

Dengan selera risiko yang lemah, Aussie turun 0,56 persen terhadap greenback, sementara kiwi turun 0,54 persen.

Terhadap yen, dolar hampir datar di 134,56 yen.

Kelemahan mata uang Jepang - jatuh ke level terendah sejak 1998 terhadap dolar pada Senin (13/6/2022) - telah mendorong komentar juru bicara pemerintah Jepang bahwa Tokyo khawatir tentang penurunan tajam dan siap untuk "merespons dengan tepat" jika diperlukan.

"Upaya para pejabat Jepang untuk mendobrak mata uang itu membuahkan hasil," kata Schamotta dari Corpay.

Sterling turun 0,86 persen menjadi 1,203 dolar, level terendah sejak Maret 2020, setelah Menteri Pertama Skotlandia Nicola Sturgeon mengatakan dia akan membagikan rincian tentang rencana referendum kemerdekaan baru. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Partai Konservatifnya, yang merupakan oposisi di Skotlandia, sangat menentang referendum.

Bitcoin tergelincir ke level terendah baru 18 bulan, karena pembekuan penarikan kreditur kripto utama Celsius Network dan prospek kenaikan suku bunga AS yang tajam mengguncang kelas aset yang bergejolak. Bitcoin terakhir turun 4,5 persen pada 22.163,83 dolar AS.

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
COPYRIGHT © ANTARA 2022