Jayapura, Papua (ANTARA) - Guru Kimia di SMA Negeri 5 Jayapura, Papua, Anna Farida mengatakan program Guru Penggerak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikburistek) menciptakan paradigma baru pembelajaran sehingga pola belajar mengajar lebih menyenangkan bagi siswa.
 

“Program Guru Penggerak ini mengubah mindset (pola pikir) saya. Saya sudah mengajar lebih dari 27 tahun ketika mengikuti Guru Penggerak, saya melihat bahwa mindset saya harus berubah,” kata Anna saat ditemui sejumlah wartawan dan perwakilan dari Kemdikbudristek di Jayapura, Papua, Rabu.
 

Perempuan kelahiran 28 April 1970 itu antusias mengikuti Program Guru Penggerak Angkatan I 2021 karena menginginkan adanya perubahan dalam proses pembelajaran siswa untuk lebih baik ke depannya. Ia melihat terjadi penurunan prestasi pada anak.
 

Setelah mengikuti Program Guru Penggerak selama sembilan bulan, Anna mengaku merasakan perubahan dalam pola pembelajaran dan pola mengajar.

Baca juga: Sekolah Penggerak dinilai dapat optimalkan kapasitas guru

Baca juga: Sebanyak 8.105 guru ikuti Program Guru Penggerak angkatan kelima

 

Sebelumnya, kegiatan belajar mengajar lebih ditekankan pada capaian kognitif yang harus diraih siswa dan kurang memperhatikan aspek minat dan kesiapan belajar anak. Sehingga, mayoritas pembelajaran dirancang semata hanya dengan perspektif guru tentang belajar yang mencapai sasaran.
 

Sementara, dalam paradigma baru pembelajaran, aspek siswa lebih mendapat perhatian sehingga memberikan keleluasaan bagi siswa belajar sesuai dengan karakteristik siswa seperti minat dan potensinya.
 

Salah satu perubahan yang dialami Anna adalah terkait cara pandang atau paradigmanya. Ia akhirnya dapat melihat ternyata selama ini anak belum merdeka belajar karena anak mengikuti apa yang menjadi standar guru dan kurang aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
 

Untuk itu, dia mengubah pola belajar dan mengajar dengan pembelajaran berdiferensiasi yang memberikan keleluasaan kepada anak untuk belajar dengan mempertimbangkan minat, kesiapan belajar dan potensinya.
 

“Pembelajaran berdiferensiasi itu inti dari Kurikulum Merdeka Belajar,” ujarnya.
 

Berdasarkan informasi dari laman resmi Kemdikbudristek, pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang berakar pada pemenuhan kebutuhan murid baik dari segi kesiapan belajar, minat, atau profil belajarnya dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut.
 

Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, sebagai guru, Anna melakukan pemetaan kebutuhan belajar siswa, menyusun kegiatan pembelajaran berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan, minat dan kemampuan siswa.
 

Selanjutnya, Anna menyiapkan mulai dari konten, proses hingga produk pembelajaran siswa sesuai dengan minat, kebutuhan dan profil siswa.
 

“Dengan begitu mereka (siswa) tidak tertekan, tidak merasa pembelajaran Kimia itu seperti penjara,” ujarnya.
 

Ia juga melibatkan anak dalam manajemen proses pembelajaran dengan cara membuat kesepakatan belajar dengan siswa, seperti terkait jam masuk kelas, toleransi keterlambatan, konten dan produk pembelajaran, dan jam kumpul tugas.


Baca juga: Pemda dukung penyelenggaraan Program Pendidikan Guru Penggerak

Baca juga: Guru: Program Pendidikan Guru Penggerak berikan segudang manfaat

 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
COPYRIGHT © ANTARA 2022