Ambon, (ANTARA News) - Dubes Belanda untuk Indonesia, Nicolaos van Dam, memprihatinkan potensi air baku kota Ambon yang semakin menipis seiring maraknya pembangunan permukiman pada kawasan konservasi. "Saya setelah berkeliling kota Ambon sejak 6 Maret lalu menyaksikan permukiman dibangun pada lereng-lereng gunung yang merupakan kawasan konservasi air. Kondisi ini sangatlah memprihatinkan bagi potensi air baku di masa mendatang bila tidak ditangani serius," katanya ketika berdialog dengan Walikota Ambon, Jopie Papilaja, Rabu (8/3). Dubes Belanda menyatakan perlu memfasilitasi LSM internasional yang didonori pemerintah Belanda untuk membantu pengembangan reboisasi. "Sudah saatnya daerah `kantong-kantong` cadangan air direboisasi dan diamankan sehingga di kemudiaan hari tidak terancam kekurangan air bersih," tandasnya. Dubes pun memandang perlu berdialog guna mendapatkan masukan dari pengelola PT DSA di Ambon (perusahaan patungan Belanda-Pemkot Ambon) sehingga saat kegiatan rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Belanda, dijadwalkan pekan ketiga Maret mendatang, bisa dicari alternatif penanganan. "Kami pun memrogramkan membantu pengembangan teknologi air bersih di kota Ambon karena kenyataannya potensi air baku relatif rendah,"tambahnya. Walikota Ambon, Papilaja, mengakui mengalami kesulitan dalam menertibkan pembangunan permukiman di kawasan konservasi air pasca konflik sosial sejak 1999 lalu. "Penertiban/larangan sudah dilakukan. Namun, tidak efektif karena warga bersikeras mereka membangun pada lahan yang menjadi hak ulayat melalui hibah atau dijual pemilik," tegasnya. Walikota mengakui, kondisi air baku di kota Ambon saat ini sangat memprihatinkan sehingga masyarakat mengeluhkan PDAM setempat soal distribusi air bersih yang kurang lancar. "Mereka umumnya menyalahkan PDAM. Tapi, tidak menyadari bahwa akibat ulah membangun permukiman baru pada kawasan konservasi sehingga merusak `kantong - kantong` cadangan air," ujarnya.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006