Jakarta (ANTARA) - Presidensi Indonesia G20 membuka peluang memperkuat kembali komitmen dunia pada aturan keharmonisan manusia, hewan, dan lingkungan atau yang dikenal sebagai konsep One Health.

"Pada Health Working Group ke-2, Indonesia menggelar side event One Health melalui pendekatan kesehatan untuk semua, dalam rangka pengawasan pada satwa liar, ternak, dan kesehatan manusia," kata Juru Bicara Indonesia di G20 Siti Nadia Tarmizi di Temu Media Pre-Event The First Health Ministerial Meeting via Zoom di Jakarta, Jumat.

Nadia yang juga menjabat sebagai Sekjen Ditjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI itu mengatakan konsep One Health telah disepakati Forum G20 sebagai salah satu platform untuk memitigasi pandemi di masa depan yang disebabkan zoonosis atau penyakit dari hewan ke manusia maupun sebaliknya.

"Saat ini hampir 60-70 persen penyakit zoonosis telah memicu pandemi," katanya.

Baca juga: G20 Indonesia - Wamenkes: "One Health" cegah "outbreak" di masa depan

Baca juga: AIHSP: One Health perlu upaya pantau kesehatan manusia dengan hewan


Dikatakan Nadia konsep One Health telah direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), Badan Kesehatan Hewan Dunia (World Organization for Animal Health/WOAH), serta Badan Kesehatan Lingkungan Hidup.

Berdasarkan lini masa penyakit zoonosis yang dilansir dari laporan The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, terdapat sekumpulan penyakit zoonosis, di antaranya Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang disebabkan virus dari simpanse dan sooty mangabey (1920), Avian Infectious Bronchitis yang ditularkan dari ayam ke manusia (1931).

West Nile Virus yang berasal dari burung (1937), Zika Virus yang dibawa hewan primata (1947), Ebola dari kalelawar pemakan buah (1976), Porcine Epidemic Diarrhea dari unta (2012).

Daftar zoonosis ternyata tak berhenti di situ. Selama 19 tahun, ASEAN dan China menghadapi beberapa wabah yang disebabkan oleh zoonosis, seperti Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) dan flu burung (H5N1) pada 2003, serta SARS-CoV-2 pada 2019 hingga sekarang.

Yang terbaru adalah laporan peneliti dari Griffith University, Australia, menemukan varian Virus Hendra dari kelelawar pemakan buah yang bisa menular ke hewan dan manusia. Penyakit ini sebelumnya sempat muncul pada 1994 dan 2016.

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyebut begitu banyak kasus wabah yang sebelumnya jarang terjadi, kini menjadi lebih sering muncul di tengah masyarakat, salah satunya adalah cacar monyet atau Monkeypox.

"Kita sering tanpa disadari atau disadari, merusak lingkungan yang menyebabkan ekosistem ini menjadi semakin tidak berjalan seperti biasanya. Itu karena kehidupan manusia dan hewan batasnya semakin tipis dan rusaknya ekosistem," katanya.

Hasil penelitian kalangan epidemiolog menyebut fenomena zoonosis dipicu oleh punahnya sebagian hewan akibat kerusakan ekosistem, sehingga menyebabkan virus yang semula terkandung di inang hewan berpindah ke manusia mencari inang baru.*

Baca juga: AIHSP: One Health penting untuk atasi ancaman resistensi antimikroba

Baca juga: Satgas: Pandemi COVID-19 turunkan produktivitas global 3 T dolar AS

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2022