Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Dinas Peternakan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengakui penularan wabah PMK (penyakit mulut dan kuku) pada ternak sapi daerah itu telah menyebar ke 16 dari 19 kecamatan yang ada di Tulungagung.

"Meskipun kami sudah melakukan penindakan berupa penutupan pasar hewan terpadu, tetapi kami juga tidak tahu apakah ada yang mencuri menggunakan jalur lain (jalur tikus)," kata Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Kabupaten Tulungagung, Tutus Sumaryani di Tulungagung, Jumat.

Pernyataan itu disampaikan Tutus dengan dalih selama ini Tulungagung steril dari wabah PMK.

"Upaya pencegahan juga sudah dilakukan dengan menutup sejumlah pasar hewan. Namun rupanya kebijakan itu tidak sepenuhnya bisa menghalangi aktivitas perdagangan ternak sapi di masyarakat," katanya.

Baca juga: Cegah kuku mulut hewan ternak, Kota Madiun bentuk tim satgas
Baca juga: Gubernur Khofifah kawal langsung vaksinasi PMK di Jatim

Ia mengungkap, banyak yang mencari celah jalur agar bisa membawa ternak dari luar kota untuk diperjualbelikan di dalam wilayah Tulungagung.

Saat ini, lanjut dia, tercatat ada 617 ekor sapi yang terkonfirmasi mengalami gejala sakit PMK.

Dari jumlah itu, 233 sudah dinyatakan sembuh, 376 kasus masih aktif, tiga ekor mati dan lima lainnya dipotong paksa.

"Prosentase sapi perah yang tertular sekitar 60-an persen dari total populasi sapi," terangnya.

Populasi sapi di Tulungagung sebanyak 144 ribu ekor sapi potong dan 25 ribu sapi perah. Sebaran PMK di Tulungagung saat ini meluas, dari semula terdeteksi di empat kecamatan, kini menyebar di 16 kecamatan. 

Sapi yang terkena PMK akan alami kurang nafsu makan sehingga 
sapi kekurangan nutrisi dan kembung.

Baca juga: Presiden sebut penyebaran PMK cepat meskipun sudah terapkan "lockdown"
Baca juga: DKPP Kota Bogor: Dari tujuh, kasus PMK meluas jadi 40 sapi

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Budhi Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2022