Jakarta (ANTARA News) - Grup Semen Gresik yang terdiri PT Semen Gresik, Semen Padang dan Semen Tonasa memfokuskan penjualan semennya ke pasar domestik karena prospeknya cukup menjanjikan meski ekspor masih tetap dilakukan. "Melihat prospek pasar domestik lebih baik ketimbang ekspor, kelompok Semen Gresik akan mengurangi ekspor semennya," kata Direktur Keuangan PT Semen Gresik, Cholil Hasan di Jakarta, Jumat. Semen Gresik sejak 2004 sudah tidak melakukan ekspor, kecuali PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa yang pada tahun ini juga akan mengurangi ekspor sekitar 20 hingga 30 persen. PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa pada 2005 mengekspor dua juta ton yang akan dikurangi sekitar 30 persennya menjadi 1,5 juta ton. Penyebab utama dialihkannya penjualan itu, menurut Cholil Hasan karena tingkat harga penjualan di dalam negeri lebih besar dibanding harga ekspor. Harga penjualan semen domestik mencapai 65 dolar AS per ton, sedangkan harga ekspor hanya 35 dolar AS per ton. Di sisi lain, kapasitas kebutuhan semen di dalam negeri cukup besar mencapai 40 juta ton per tahun, sedangkan Grup Semen Gresik hanya sekitar 16,38 juta ton per tahun. Jadi masih cukup besar untuk lebih fokus ke pasar domestik. Produk semen dalam kantong di negara-negara maju sudah mulai berkurang, mereka cenderung lebih menyukai dalam bentuk curah, ujarnya. Grup Semen Gresik ingin tetap mempertahankan pangsa pasarnya yang mencapai 45 persen dari total kebutuhan nasional yang mencapai 40 juta ton per tahun, katanya. "Kami ingin tetap menjadi pemimpin pasar, karena itu pasar yang ada harus dipertahankan bahkan kalau bisa meningkatkan produksi lagi, sehingga pangsa pasarnya makin meningkat," tambahnya. Meski demikian, untuk menaikkan satu persen saja di pasar sangat sulit, apalagi banyak vendor yang mulai mengalihkan ke pasar domestik. Upaya lain, menurut dia, Grup Semen Gresik akan membangun pabrik baru tahun ini agar pasokan semen nasional tetap terpenuhi, yang akan dibahas dalam rapat umum pemegang saham. "Kami akan membangun pabrik dengan volume produksi 2,5 juta ton per tahun dengan nilai investasi Rp3 triliun," katanya.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006