Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyatakan akan membangun kesadaran masyarakat terkait pencegahan kekerdilan pada anak atau stunting lewat penekanan asas gotong royong pada program Bapak Asuh Anak Stunting.

“Seperti arahan Bapak Presiden kita harus banyak gotong royong. Maka kita pada Hari Keluarga Nasional nanti akan menunjukkan masyarakat untuk bergotong royong pada program yang namanya Bapak Asuh Anak Stunting,” kata Hasto dalam acara Kabar Indonesia Pagi TV One yang diikuti di Jakarta, Senin.

Hasto menekankan bahwa stunting adalah masalah seluruh masyarakat sampai dengan ke lapisan terbawah. Stunting hanya dapat berhasil ditangani melalui kerja sama pentahelix yang dibangun dengan kuat dan erat antarpihak.

"Melalui Program Bapak Asuh Anak Stunting, gotong royong akan diterapkan pada tugas ayah yang menjadi bapak asuh. Nantinya anak-anak yang terkena stunting akan mendapatkan dana pendampingan untuk meningkatkan nutrisi gizinya, melalui makanan sehat yang dibuat oleh tim pendamping keluarga (TPK)," katanya.

Baca juga: BKKBN: Harganas bisa dijadikan momentum rencanakan kelahiran

Program tersebut juga bisa memperkuat pengawalan pada gizi anak karena persebaran stunting di Indonesia yang tidak merata. Terutama pada provinsi yang masuk dalam kategori merah atau memiliki angka prevalensi anak stunting yang tinggi seperti di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat, Aceh, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat.

“Sekarang ini kondisi angka stunting kita 24,4 persen. Kita tahu bahwa di Indonesia ini ada hampir 23 juta balita, setiap tahun saja yang melahirkan sekitar 4,8 juta. Kalau kita biarkan, tidak ada penurunan, maka setiap tahunnya bisa lahir 1,2 juta bayi stunting,” ucap Hasto.

Dia juga menekankan bahwa sangat penting bagi keluarga untuk merencanakan kehamilannya guna mencegah terjadinya stunting serta kematian ibu dan bayi. Hal lain yang harus diperhatikan pula adalah tersedianya jamban, sanitasi, air bersih, dan rumah layak huni yang baik dan bersih.

“Ini penting sekali mendapatkan sasaran bantuan (yang tepat). Jadi itulah faktor-faktor yang mempengaruhi anak-anak menjadi tidak sehat kemudian akhirnya bisa stunting,” kata dia.

Baca juga: BKKBN luncurkan Program Bapak Asuh Stunting tingkatkan gizi pada anak

Sebelumnya, Koordinator Bapak Asuh Anak Stunting BKKBN Dwi Listyawardani mengatakan bahwa program Bapak Asuh Anak Stunting berbasis pada aplikasi perangkat lunak.

Konsep program Bapak Asuh Anak Stunting adalah mengajak pihak donatur membantu anak asuhnya yang terkena stunting dan berasal dari keluarga tidak mampu.

Dengan kebutuhan biaya yang dikontribusikan dari bapak asuh ke anak asuh sekitar Rp500 ribu per anak per bulan. Sementara setiap hari, anak asuh akan menerima asupan gizi senilai Rp15 ribu untuk tiga kali makan selama 30 hari. Prioritas anak asuh stunting adalah bayi di bawah dua tahun.

“Jadi anak asuh dalam sebulan akan menerima asupan gizi senilai Rp450 ribu. Sedangkan yang Rp50 ribu kita sisihkan untuk kader pendamping karena harus ke sana ke sini berat tugasnya,” ujar dia.

Baca juga: BKKBN mendorong Kampung KB bantu gizi percepat penurunan stunting

Aplikasi itu akan diluncurkan pada puncak Hari Keluarga Nasional ke-29 di Medan, Sumatera Utara, pada 7 Juli 2022 dengan Medan sebagai kota percontohan pertama program tersebut.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2022