Gunung Sahilan, Riau, (ANTARA News) - Sekitar 50.000 ekor ikan milik petani ikan keramba di sepanjang Sungai Tesso, di Desa Gunung Sahilan, Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, Riau mati, kerugian petani ditaksir mencapai ratusan juta rupiah. Wartawan ANTARA dari Gunung Sahilan, Riau, Minggu (12/3) melaporkan, matinya ikan-ikan milik petani disebabkan jebolnya tempat penampungan air limbah milik PT Citra Adimulya yang bergerak dalam pengolahan kelapa sawit. Seorang pemilik keramba Bustamam mengatakan, ikan-ikan di dalam kerambanya terlihat menggelepar sekitar pukul 10:00 WIB Sabtu (11/3), tindakan penyelamatan tidak bisa dilakukannya lagi karena diduga limbah berbahaya itu sudah mengalir sejak pukul 00:00 WIB Sabtu dinihari. "Sudah tiga kali kejadian seperti ini, kami sangat dirugikan, karenanya kami akan menuntut perusahaan untuk mengganti rugi atas kelalaian mereka," ujarnya. Menurut dia lagi, satu keramba miliknya diisi 3.000 ekor ikan dengan jenis ikan baung dan ikan kapiek. "Modal kami satu keramba itu sekitar Rp15 juta, saya punya dua keramba. Setidaknya di sepanjang aliran Sungai Tesso ini terdapat puluhan keramba milik petani ikan," ujarnya lagi. Menurut dia, masyarakat saat ini banyak menggantungkan hidupnya dengan beternak ikan. "Usaha mencari kayu sudah banyak terhenti karena seiring dengan pemberantasan tindak illegal logging di Riau, saat ini masyarakat beralih profesi menjadi peternak ikan," ujarnya lagi. Dari pantauan ANTARA Sabtu (11/3) sampai Minggu (12/3) dari lokasi kejadian, ikan-ikan yang mati tersebut bergelimpangan di dalam keramba, tidak hanya itu ikan-ikan yang hidup di luar keramba juga turut bergelimpangan tidak bernyawa. Puluhan anak-anak tidak mau ketinggalan, mereka berebutan mengambil ikan-ikan yang sudah mati tersebut. Limbah PKS Kepala desa Gunung Sahilan Rustam AR yang ditemui ANTARA mengatakan, penyebab matinya ribuan ekor ikan milik masyarakat ini disebabkan karena limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) milik PT Citra Adimulya yang berada di hulu sungai. "Saya bersama beberapa orang masyarakat dan aparat kepolisian sudah datang ke sana dan menyaksikan areal pengolahan limba perusahaan dan kami melihat adanya tempat penampungan yang jebol dan limbahnya mengalir masuk ke Sungai Tesso ini," ujarnya. Menurut dia lagi, dirinya bersama masyarakat sudah melakukan perundingan dengan pihak perusahaan. "Kami sudah melakukan pertemuan dengan perusahaan dan mereka mengakui hal itu," ujarnya lagi. Dikatakannya, Senin (13/3) mendatang perusahaan berjanji akan melakukan pertemuan kembali dengan masyarakat untuk membahas ganti rugi yang diderita masyarakat. "Kalau dihitung-hitung kerugian yang diderita masyarakat cukup besar sekali, terlebih sejak masyarakat menghentikan aktivitas mengambil kayu, masyarakat lebih banyak menjadi petani ikan atau menjadi nelayan," ujarnya lagi.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006