Makassar (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menurunkan 798 pendamping keluarga sebagai upaya penanganan dan pencegahan stunting di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan.

Ketua Pelaksana Percepatan Penanganan Stunting BKKBN dr Nurlia Sanusi dikonfirmasi dari Makassar, Rabu, mengatakan ratusan pendamping ini akan rutin mengunjungi rumah-rumah warga untuk memberikan penyuluhan.

Pendamping keluarga ini dibagi dalam setiap tim yang terdiri atas tiga orang dan disebar ke setiap desa dan kelurahan. Tim pendamping ini berasal dari beberapa organisasi, seperti kader PKK, kader KB, termasuk bidan desa masing-masing.

"Satu desa itu diturunkan dua hingga tiga tim tergantung luas daerahnya. Mereka jalan ke rumah-rumah mencari sasaran penanganan stunting," ujar mantan Pelaksana Tugas Kadis Kesehatan Pangkep ini.

Baca juga: BKKBN: Lingkungan sehat salah satu syarat terbebas dari stunting

Ia menjelaskan ada empat sasaran yang menjadi fokus para pendamping, antara lain calon pengantin.

Para pendamping akan memberikan konseling hingga pemeriksaan mulai tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan kadar Hb yang dilakukan tiga bulan sebelum menikah agar bisa dilakukan intervensi.

Selanjutnya, sasaran kedua yakni ibu hamil. Mereka harus dideteksi dalam pendampingan delapan bulan. Adapun sasaran ketiga yakni ibu yang usai melahirkan serta keempat ibu-ibu yang memiliki bayi di bawah dua tahun.

"Jadi para pendamping ini kemudian mencatat dan melaporkan hasilnya melalui aplikasi Elektronik Siap Nikah (Elsimil)," jelasnya.

Baca juga: Gubernur: Kedatangan Presiden jadi semangat baru Sumut tekan stunting
Baca juga: Kolaborasi cegah stunting demi siapkan generasi emas
Baca juga: BKKBN gandeng aplikasi pengasuhan anak percepat penurunan stunting


Pewarta: Abdul Kadir
Editor: M. Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2022