Padang (ANTARA News) - Terjadi enam kasus konflik antara manusia dengan Harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae) selama tiga bulan terakhir di kawasan hutan Sumatera Barat sebagai dampak kerusakan habitat satwa langka itu. "Persoalan tersebut harus menjadi pelajaran berharga bagi manusia untuk sadar dan berupaya menjaga keseimbangan lingkungan dengan menjaga alam baik flora maupun faunanya," Kata Pejabat Penyidik Balai Konservasi Sumber Daya alam (BKSDA) Sumbar, Djoko Sumarjo, kepada ANTARA di Padang, Rabu. Dijelaskannya konflik manusia-harimau itu terjadi secara berturut-turut mulai dari awal Januari 2006 di kawasan Hutan Simamonen Hilir, Kecamatan Rao, Kabupaten Pasaman, yang memangsa dua warga setempat sekaligus terus melakukan aksi teror. Masih di Pasaman, pada pertengahan Januari, seekor hewan ternak milik warga di Tanjung Beringin, Lubuk Sikaping, juga mati dimangsa harimau, sehingga warga di kawasan tersebut juga ketakutan. Selanjutnya kasus serupa juga terjadi wilayah Kapur IX, Kabupaten 50 Kota, dimana salah seorang petani di kawasan itu tewas diterkam 'si raja hutan' pada pertengahan Januari 2005. Selain itu, seekor harimau berhasil dijerat oleh warga di wilayah Padang Pariaman, dimana dua ekor binatang buas itu mati diracun oleh warga, sementara organ tubuhnya raib. Kasus serupa juga terulang di Kota Padang, tepatnya di hutan Bungus Teluk Kabung, seekor harimau betina dengan panjang tiga meter terjaring oleh warga setempat. "Di kawasan hutan Salido, `Pesisir Selatan 'si raja hutan' juga sering menampakan dirinya, sehingga menimbulkan ketakutan bagi warga di daerah itu," jelasnya. Terus menyusut Menurut, Djoko dari lima kasus tersebut, tercatat tiga harimau yang mati dan terakhir petugas pada Minggu pekan lalu, juga berhasil menembak mati harimau yang sudah memangsa dua warga di kawasan Simamoden, Pasaman. Sementara harimau yang berhasil ditangkap di antaranya di wilayah Kapur IX, dan di hutan Bungus Teluk Kabung, sudah dikembalikan ke habitatnya di kawasan hutan TNKS. "Data terakhir yang kita himpun di Sumatera masih ada sekitar 200 sampai 300 ekor Harimau Sumatera yang mendiami wilayah Aceh, Sumbar, Jambi dan Lampung, meski jumlah diperkirakan terus menyusut hingga 40 persen seiring kerusakan alam", jelas Joko. Sementara itu, Ketua Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumbar, Agus Teguh Prihartono di tempat terpisah menjelaskan tingginya nilai jual binatang langka itu di pasar gelap turut memicu terus menyusutnya keberadaan binatang itu. "Dari kulit hingga setiap organ binatang itu sangat mahal harganya hingga puluhan juta rupiah, sehingga Harimau, termasuk binatang yang paling diminati untuk diburu,"jelasnya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006