Singapura (ANTARA) - Bank-bank global bergegas untuk menjual obligasi di Singapura, di mana pengaturan moneter yang unik telah membuka jendela pinjaman yang menguntungkan yang menempatkan pasar utang negara-kota itu di jalur untuk tahun terbesar penghimpunan modal bank dalam lebih dari satu dekade.

Bank sentral Singapura mengelola kebijakan melalui mata uangnya, bukan suku bunga jangka pendek, dan salah satu konsekuensinya adalah suku bunga acuan Singapore Overnight Rate Average (SORA) yang tertinggal dari kenaikan biaya pinjaman yang sebanding untuk dolar AS.

Tidak seperti destinasi suku bunga rendah lainnya di Eropa atau Jepang, Otoritas Moneter Singapura juga ingin menjaga dolar Singapura tetap stabil, mengurangi risiko mata uang, dan selera investor yang kuat.

Hampir 12 miliar dolar Singapura (8,5 miliar dolar AS) telah dikumpulkan di pasar utang Singapura dari 1 Januari hingga 6 Juli, terbesar untuk periode itu sejak 2019, menurut data Refinitiv, dengan Juni merupakan bulan terbesar untuk penerbitan berdasarkan nilai sejak September 2021.

Sekitar setengah dari 3,5 miliar dolar Singapura yang dikumpulkan pada Juni dan seperlima dari angka tahun ini adalah surat utang "Tier 2", yang diterbitkan oleh bank-bank untuk persyaratan modal cadangan - bagian terbesar dari jenis utang ini yang pernah dilihat Singapura di atas 10 tahun.

"Pasar utang di sini masih berperilaku cukup baik, suku bunga belum naik secara signifikan," Daryl Ho, ahli strategi investasi senior di DBS Bank Singapura, mengatakan pada briefing, berbeda dengan kondisi yang memburuk di pasar yang lebih besar.

"Tentu saja, Anda akan menarik banyak emiten."

Hingga Juni, SORA, perhitungan volume tertimbang pada pinjaman antar bank tanpa jaminan dan patokan untuk suku bunga yang lebih lama, rata-rata sekitar 1,0 persen terhadap rata-rata lebih dari 1,2 persen untuk suku bunga overnight LIBOR​​​​ dolar.

Bank-bank swasta telah memimpin permintaan investor yang kuat. UOB, penjamin emis utama untuk surat utang 900 juta dolar Singapura Tier-2 buat HSBC pada Juni, mengatakan bahwa itu kelebihan permintaan - dengan bank-bank swasta pembeli terbesar - dan bahwa 5,25 persen adalah harga yang kompetitif.

"Perdagangan dolar Singapura dihargai sekitar 20 hingga 25 basis poin lebih ketat daripada yang akan mereka capai di pasar dolar AS," kata Carolyn Tan, kepala pasar modal utang UOB untuk obligasi. HSBC tidak berkomentar.

Pemberi pinjaman seperti BNP Paribas, ABN Amro dan Barclays juga menjual surat utang dalam dolar Singapura baru-baru ini. Kesepakatan Tier-1 alternatif 450 juta dolar Singapura Barclays minggu lalu memiliki kupon 8,3 persen, dibandingkan kupon 8,875 persen pada 1,25 miliar pound sterling (1,5 miliar dolar AS) yang dikumpulkan seminggu sebelumnya.

"Saya berharap banyak aktivitas finansial di perbankan akan melihat pasar ini dengan sangat cermat," kata Ken Wei Wong, kepala sindikat pendapatan tetap Asia-Pasifik Barclays.

"Ada momentum ... mengingat dislokasi di G3 (mata uang)."

Pasar uang berjangka diperkirakan untuk melanjutkannya, dengan berjangka eurodolar tiga bulan, yang melacak biaya pinjaman dolar AS di luar negeri, menunjukkan para pedagang memperkirakan suku bunga mencapai 3,0 persen pada akhir tahun.

"Lembaga keuangan cenderung proaktif," kata Andrew Wong, wakil presiden penelitian kredit di OCBC Bank di Singapura.

"Untuk saat ini, pasar dolar Singapura relatif lebih murah daripada pasar lain sehingga selama dinamika ini bertahan maka kami berharap lembaga-lembaga keuangan akan terus menerbitkan dolar Singapura."

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
COPYRIGHT © ANTARA 2022