Yogyakarta (ANTARA News) - Status aktivitas Gunung Merapi (2.968 mdpl) di perbatasan wilayah Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terhitung sejak 15 Maret 2006 meningkat dari "aktif normal" menjadi "waspada". Peningkatan status ini karena aktivitas vulkanik gunung itu meningkat signifikan, kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (PPTK) Yogyakarta DR A Ratdomo Purbo di Yogyakarta, Kamis. Didampingi petugas pengamatan Gunung Merapi, Ratio dan staf Bagian Evaluasi, Suwarno, ia mengatakan, berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data Gunung Merapi yang dilakukan 15 Maret 2006, terjadi peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan. Kata dia, peningkatan aktivitas tersebut meliputi gempa vulkanik sejak Februari 2006, disusul gejala peningkatan deformasi di puncak gunung itu, serta naiknya kandungan gas magmatik. Ia mengatakan, sesuai ketentuan protap (prosedur tetap) mitigasi penanggulangan bencana Gunung Merapi, pihaknya menyampaikan pemberitahuan mengenai meningkatnya status aktivitas gunung ini kepada para ketua satuan pelaksana (Satlak) penanggulangan bencana (PB) di kabupaten yang ada di wilayah sekitar Merapi, yaitu Magelang, Klaten dan Boyolali (Jateng) serta Sleman (DIY). Pihaknya juga menyampaikan rekomendasi kepada Satlak PB kabupaten, bahwa masyarakat hendaknya tidak melakukan aktivitas di badan sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Sungai tersebut meliputi Boyong, Putih, Krasak, Sat, Batang, Trising dan Apu. "Dalam radius tujuh kilometer dari puncak Merapi merupakan daerah rawan bencana III," sambungnya. Selain itu, menurut dia, kepada para penambang pasir di kawasan tersebut diimbau tidak melakukan aktivitas penambangan. Juga kepada para pendaki maupun wisatawan yang naik ke puncak Merapi diingatkan untuk tidak mendekati ke pelataran puncak Garuda, serta tidak berlama-lama berada di kawasan kubah lava gunung ini. Kemudian kepada pemerintah kabupaten di sekitar Merapi diminta untuk memberi penyuluhan tentang bahaya bencana gunung tersebut kepada masyarakat, terutama warga yang tinggal di kawasan rawan bencana kategori III. Ratdomo Purbo menyebutkan berdasarkan analisa, peningkatan aktivitas Merapi sebenarnya merupakan kelanjutan aktivitas vulkanik gunung ini sejak Juli 2005. Dari 1 sampai 14 Maret 2006, aktivitas Merapi terus meningkat, yakni gempa vulkanik dangkal 35 kali, dan terjadi guguran lava 32 kali. Di samping itu, pada 15 Maret 2006 terjadi tremor tiga kali, dengan total durasi 43,5 menit. Namun, interval gempa vulkanik menurun dari 0,42 menjadi 0,40 hari. "Interval ini menunjukkan bahwa gempa vulkanik semakin sering terjadi," sambungnya. Letusan dahsyat Gunung Merapi terjadi pada 1006 yang menghancurkan peradaban manusia yang ada di sekitarnya. Letusan itu bahkan mengubur danau di sekitar Candi Borobudur. Sedangkan letusan cukup besar gunung itu yang terakhir terjadi 22 November 1994 yang menewaskan puluhan orang, dan belasan korban lain mengalami luka bakar karena terkena Awan Panas Merapi.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006