Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mengingatkan warga untuk meningkatkan kewaspadaan dan menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah penularan leptospirosis karena tingkat kematian yang dinilai cukup tinggi.

“Hingga Juni, kami mencatat ada enam kasus leptospirosis dengan dua kematian atau 33 persen. Angkanya fatalitasnya cukup tinggi,” kata Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu di Yogyakarta, Senin.

Angka kasus pada 2022 tersebut sudah lebih banyak dibanding total kasus pada tahun sebelumnya yaitu lima kasus dengan satu pasien meninggal dunia.

Oleh karenanya, Endang mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai leptospirosis dan segera melakukan pengobatan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat apabila mengalami gejala sakit.

“Banyak masyarakat yang menganggap gejala yang dialami adalah flu biasa. Tetapi ternyata terjangkit leptospirosis. Jadi, begitu merasa sakit akan lebih baik jika langsung ke fasilitas kesehatan terdekat,” katanya.

Sejumlah gejala leptospirosis di antaranya demam, pusing, nyeri otot, nyeri betis, dan kekuningan di kelopak mata namun cukup jarang terjadi.

Baca juga: Dinkes: Waspadai leptospirosis saat pancaroba selain DB di Yogyakarta

Baca juga: Warga korban banjir diimbau waspadai leptospirosis


“Salah satu organ yang diserang adalah ginjal. Bahkan pasien bisa saja harus menjalani cuci darah,” katanya.

Leptospirosis disebabkan oleh bakteri leptospira yang bisa masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka dan selaput lendir di mulut, hidung, dan mata. “Biasanya, orang yang terjangkit penyakit ini beraktivitas di daerah yang kotor, seperti tukang sampah atau saat kerja bakti membersihkan lingkungan,” katanya.

Salah satu antisipasi yang bisa dilakukan adalah dengan menutup luka yang terbuka, memakai sepatu boot, sarung tangan saat bekerja di lingkungan yang kotor, dan segera membersihkan diri usai beraktivitas.

“Menjaga kebersihan lingkungan juga penting agar tidak menjadi sarang tikus. Jangan sampai ada tumpukan sampah karena bisa mendatangkan banyak tikus,” katanya.

Tikus yang terinfeksi bisa menyebarkan bakteri leptospira melalui urine dan darah.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, temuan kasus leptospirosis terbanyak pernah terjadi pada 2015 dengan sekitar 20 kasus dan enam kematian. Empat kasus kematian terjadi di Kecamatan Gondomanan dengan tiga di antaranya berada di wilayah yang sama.

Baca juga: Masyarakat diminta waspadai leptospirosis

Baca juga: Kemenkes minta masyarakat waspadai leptospirosis, DBD dan malaria

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Zita Meirina
COPYRIGHT © ANTARA 2022