Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi III DPR-RI, Trimedya Panjaitan, mencurigai adanya rentetan peristiwa pemicu kebencian masyarakat terhadap aparat kepolisian sebelum peristiwa bentrokan fisik yang terjadi di Universitas Cendrawasih (Uncen), Kota Jayapura, Papua, Kamis petang. "Terus terang saya tidak terlalu yakin bentrokan fisik antara demonstran dan polisi hanya gara-gara aksi unjuk rasa," kata Trimedya kepada ANTARA News di Jakarta, menanggapi tewasnya empat aparat polisi dalam aksi bentrok tersebut. "Saya merasa bila tidak ada kekerasan terhadap masyarakat sebelumnya, sangat jarang masyarakat berlaku bringas kepada aparat keamanan," tambahnya. Ia mencontohkan peristiwa kekerasan di kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI) di Makkasar kerap terjadi, namun tidak sampai menimbulkan korban jiwa - apalagi dari pihak polisi. Seperti telah diberitakan sebelumnya, aksi bentrokan fisik itu terjadi menyusul ketika massa yang menolak keberadaan PT. Freeport Indonesia memblokir jalan di depan kampus Uncen. Aparat keamanan dari Satuan Brimob Polda Papua dan Polresta Jayapura berusaha membubarkan massa yang membentuk pagar betis di depan kampus, namun pengunjuk rasa malah semakin beringas melemparkan batu dan kayu ke arah aparat. Hingga Kamis petang, empat orang aparat yang terdiri atas dua anggota Brimob, satu anggota Dalmas Polres, dan satu anggota TNI AU diberitakan meninggal dunia. Selain itu belasan polisi dan warga setempat mengalami luka-luka. "Bila sampai polisi tewas, itu berarti penolakan masyarakat terhadap Freeport cukup tinggi," kata Trimedya. Selain mencurigai adanya rentetan peristiwa "penyulut", Trimedya juga mempertanyakan antisipasi pihak kepolisian terhadap aksi demonstrasi di kampus Uncen. "Apakah karena memang ada rentetan peristiwa sebelumnya, atau polisi tidak cukup antisipasi skala militansi serta jumlah massa yang tengah berunjuk rasa," ujarnya. Antisipasi oleh aparat, menurut Trimedya, bahwa eskalasi unjuk rasa akan meningkat terus terbukti tidak dilakukan, "Seharusnya intelijen memberikan persiapan yang cukup, terutama tentang jumlah massa dan tingkat militansi para demonstran." Dalam kesempatan itu Trimedya secara khusus menyatakan keprihatinannya atas aksi brutal yang terjadi di Uncen. DPR, kata Trimedya, akan perlu melihat terlebih dulu secara utuh apakah penyulut peristiwa ini berasal dari pihak polisi atau masyarakat. "Tentu saja proses hukum harus ditegakkan, karena ini sudah menyebabkan hilangnya nyawa, apalagi polisi," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006