Mentok, Babel (ANTARA) - Pandemi COVID-19 menjadi sebuah penanda pergantian era menuju serba digital. Teknologi digital memegang peranan penting dalam kehidupan hampir seluruh lapisan kehidupan manusia.

Pada saat pandemi, sebagian besar pola produksi dan aktivitas manusia seperti diarahkan dan dipaksa memanfaatkan kemajuan teknologi informasi tersebut, mulai dari kegiatan belajar dari rumah, pertemuan, aktivitas jual-beli, transaksi, pertunjukan seni, bahkan pelayanan dokter pun dilakukan dalam jaringan (daring).

Dalam hal pelayanan masyarakat, lembaga usaha, instansi dan pemerintah juga banyak berubah dari sebelumnya yang masih serba manual, secara perlahan beralih ke pemanfaatan teknologi digital.

Fenomena peralihan dari manual ke serba digital ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar, namun juga merebak hingga desa, bahkan pelosok, salah satu contoh saat ini beberapa pedagang pasar tradisional di Mentok sudah melakukan transaksi elektronik.

Dalam hal pemerintahan, di ujung barat Pulau Bangka yaitu di Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pemerintah daerah setempat menargetkan dalam beberapa tahun ke depan seluruh desa diharapkan sudah mampu melakukan pelayanan serba digital.

Hal ini terinspirasi oleh prestasi yang berhasil ditorehkan Desa Sekarbiru, Parittiga, Bangka Barat pada tahun ini berhasil menyabet prestasi bergengsi juara pertama Lomba Desa tingkat Provinsi Babel dan berhak maju ke tingkat nasional.

Desa Sekarbiru dinilai sangat kreatif dan inovatif dengan mengandalkan program sebagai desa digital pertama di Babel. Desa digital Sekarbiru telah berhasil melakukan pelayanan serba digital, baik dalam pelayanan administrasi kependudukan, penyampaian aduan dan berbagai hal yang menjadi kewajiban pemerintah desa.

Di desa yang berada di pelosok Pulau Bangka tersebut, pemanfaatan teknologi informasi berbasis digital sudah terlihat nyata dan dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat setempat.

Dengan pelayanan digital itu sekarang warga tidak perlu lagi datang ke kantor kepala desa untuk mendapatkan pelayanan dokumen, surat menyurat dan lainnya.

Menurut Kepala Desa Sekar Biru, Erwin Fauzi kemajuan teknologi serba digital memberikan manfaat positif dalam pelayanan kepada masyarakat karena dinilai lebih efektif, efisien dan murah.

Baca juga: Kemenparekraf inisiasi desa wisata digital di Kampung Setu Babakan
Baca juga: Unej dampingi Desa Sidomulyo jadi desa digital dan kampung Pancasila

Menuju zero blankspot

Dengan menjadi yang terbaik dalam hal inovasi pelayanan berbasis teknologi tersebut, Kepala Desa Sekarbiru seringkali diundang menjadi narasumber dalam sejumlah diskusi, baik yang diselenggarakan lembaga, kelompok maupun pemerintah daerah.

Pemkab Bangka Barat menilai prestasi yang ditorehkan Desa Sekarbiru bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain untuk menerapkan pelayanan serupa sehingga ke depan pelayanan pemerintah menjadi semakin baik, cepat dan prima.

Untuk menuju ke arah itu, Kabupaten Bangka Barat memiliki beberapa kendala, salah satunya masih ditemukan sebanyak 14 lokasi susah sinyal atau blankspot.

Wakil Bupati Bangka Barat Bong Ming Ming mengatakan, sampai saat ini masih ada 14 lokasi susah sinyal dan pihaknya akan terus berupaya untuk menyelesaikan permasalahan ini agar ke depan seluruh warga bisa mendapatkan pelayanan telekomunikasi dan akses internet.

Untuk merealisasikan rencana tersebut, Wakil Bupati bersama Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Bangka Barat Arwendi telah menemui General Manager PT Telkom Witel Pangkalpinang Koko Maynarko, guna menindaklanjuti monitoring dan survei bersama di sejumlah titik blankspot di wilayah Bangka Barat yang dilaksanakan beberapa waktu lalu.
 
Wakil Bupati Bong Ming Ming bersama Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Bangka Barat Arwendi telah menemui General Manager PT Telkom Witel Pangkalpinang Koko Maynarko, guna menyelesaikan permasalahan blankspot. ANTARA/HO-Diskominfo Bangka Barat


PT Telkomsel menyatakan mendukung penuh akses internet untuk pengoperasian aplikasi-aplikasi pelayanan publik di Bangka Barat serta yang pengembangan desa digital termasuk pemasaran produk UMKM secara online.

Untuk mengatasi 14 titik susah sinyal di Bangka Barat, akan dibangun menara 'combat' dan akan dilakukan uji coba terlebih dahulu untuk membangun menara tersebut oleh Telkom melalui operator Telkomsel, sebelum dibangun menara permanen "Base Transceiver Station" (BTS).

Rencana tersebut akan direalisasikan secepatnya agar Bangka Barat bisa menjadi contoh di Babel dan tentunya bisa mengatasi permasalahan yang ada di Kecamatan Kelapa dan Simpangteritip.

Menanggapi pertemuan tersebut, Koko Maynarko memberikan apresiasi kepada Pemkab Bangka Barat untuk monitoring dan survei yang sudah dilaksanakan dan akan segera dicarikan solusi, salah satunya dengan memberikan penguatan dan penambahan BTS.

"Langkah awal akan kita dirikan menara 'combat' terlebih dahulu di dua kecamatan," kata Koko.

Pembangunan menara "combat" untuk mengukur trafik pengguna apakah tinggi atau tidak. Jika trafik penggunanya tinggi maka akan dibangun BTS.

Kemudian untuk kebutuhan akses internet berbasis seluler, PT Telkom telah menyiapkan namanya orbit, sehingga kebutuhan masyarakat terkait akses internet dapat dipenuhi.

Sebagus apapun aplikasi yang disiapkan jika tidak ada akses internet, ya tentu tidak ada gunanya, sehingga PT Telkom berusaha memenuhi apa yang diinginkan Pemkab Bangka Barat.

Baca juga: BPOLBF ajak desa wisata Floratama perkuat promosi di online
Baca juga: Membangun brand di era digital

Merambah berbagai sektor

Kemajuan teknologi memudahkan masyarakat mendapatkan informasi dan berbagai kebutuhan yang diinginkan hanya dengan mengaktifkan gawai.

Konten-konten dengan tampilan menarik dan mudah dipahami menjadi primadona masyarakat untuk berduyun-duyun mengakses informasi tersebut.

Tampilan unik dan menarik dalam menyampaikan informasi ini coba ditangkap Pemkab Bangka Barat untuk diaplikasikan terhadap berbagai produk ekonomi kreatif lokal agar semakin dikenal luas.

Untuk bisa tampil unik dan menarik sekaligus membangun citra positif terhadap produk yang dipasarkan, Pemkab Bangka Barat melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan memberikan pelatihan digitalisasi, branding, dan pemasaran kepada sejumlah pelaku usaha ekonomi kreatif lokal.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Bangka Barat Heru Warsito berharap melalui kegiatan itu bisa membantu para pelaku usaha kreatif, seperti desa wisata, homestay atau rumah singgah, pondok wisata, kuliner, souvenir

Selama pelatihan mereka akan mendapatkan materi pemasaran pariwisata berbasis teknologi informasi, fotografi produk dan jasa untuk bisnis, dan digitalisasi, branding, pemasaran dan penjualan daya tarik wisata.

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang termasuk target pemerintah dan sudah tercantum dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) Kabupaten Bangka Barat.

Pariwisata membutuhkan banyak dukungan dari berbagai sektor, salah satunya adalah ketersediaan produk ekonomi kreatif.

Pengembangan Pariwisata pada era ini sudah menjadi keniscayaan untuk menggunakan teknologi informasi atau yang sering disebut digitalisasi.

Pemanfaatan media berbasis teknologi informasi menjadi salah satu sarana yang sering digunakan oleh para pelaku usaha termasuk pariwisata dalam upaya memasarkan produk-produknya.

Khusus untuk produk ekonomi kreatif, sejak beberapa tahun lalu di Kabupaten Bangka Barat mulai terasa kehadirannya dan menurut 
Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat Bambang Haryo Suseno, berbagai produk ekonomi kreatif setempat terbukti mampu bersaing di tingkat nasional, salah satunya produk cinematografi, seni pertunjukan, fotografi, dan produk tekstil.

Upaya menyediakan akses internet di setiap desa serta pelatihan pemasaran daring dan penguatan branding diharapkan mampu mendongkrak omzet UMKM sebagai penggerak ekonomi desa.

Baca juga: Kemendag targetkan 5.000 UMKM Babel onboarding digital

Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta
Editor: Budhi Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2022