Washington (ANTARA) - Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan pada Minggu (24/7) bahwa pertumbuhan ekonomi AS melambat dan dia mengakui risiko resesi, tetapi dia mengatakan penurunan tidak bisa dihindari.

Yellen, berbicara di "Meet the Press" NBC, mengatakan jumlah perekrutan yang kuat dan belanja konsumen menunjukkan ekonomi AS saat ini tidak dalam resesi.

Perekrutan AS tetap kuat pada Juni, dengan 372.000 pekerjaan diciptakan dan tingkat pengangguran bertahan di 3,6 persen. Itu adalah kenaikan pekerjaan bulan keempat berturut-turut lebih dari 350.000.

"Ini bukan ekonomi yang sedang dalam resesi," kata Yellen. "Tapi kita berada dalam periode transisi di mana pertumbuhan melambat dan itu perlu dan tepat."

Namun, data pekan lalu menunjukkan pasar tenaga kerja melemah dengan klaim baru untuk tunjangan pengangguran mencapai titik tertinggi dalam delapan bulan.

Yellen mengatakan inflasi "terlalu tinggi" dan kenaikan suku bunga Federal Reserve baru-baru ini membantu membawa harga yang melonjak kembali terkendali.

Selain itu, pemerintahan Biden menjual minyak dari Cadangan Minyak Strategis, yang menurut Yellen telah membantu menurunkan harga gas.

"Kami telah melihat harga gas hanya dalam beberapa pekan terakhir turun sekitar 50 sen (satu galon) dan seharusnya ada lebih banyak lagi dalam pipa saluran," katanya.

Yellen, yang sebelumnya menjabat sebagai ketua Federal Reserve, berharap The Fed dapat cukup mendinginkan ekonomi untuk menurunkan harga-harga tanpa memicu penurunan ekonomi yang luas.

"Saya tidak mengatakan bahwa kita pasti akan menghindari resesi," kata Yellen. "Tapi saya pikir ada jalan yang membuat pasar tenaga kerja tetap kuat dan menurunkan inflasi."

Produk domestik bruto AS, ukuran kesehatan ekonomi yang luas, menyusut pada tingkat tahunan 1,6 persen pada kuartal pertama, dan sebuah laporan pada Kamis (28/7) diperkirakan menunjukkan kenaikan hanya 0,4 persen pada kuartal kedua, menurut para ekonom yang disurvei oleh Reuters .

Yellen mengatakan bahwa bahkan jika angka kuartal kedua negatif, itu tidak akan menandakan bahwa resesi telah terjadi, mengingat kekuatan di pasar kerja dan permintaan yang kuat.

"Resesi adalah kelemahan ekonomi yang luas. Kami tidak melihatnya sekarang," katanya.

Para jurnalis, beberapa ekonom dan analis secara tradisional mendefinisikan resesi sebagai dua kuartal berturut-turut dari kontraksi PDB. Tetapi kelompok riset swasta yang merupakan wasit atau penengah resmi resesi AS malah melihat berbagai indikator, termasuk pekerjaan dan pengeluaran.

Brian Deese, direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, mengatakan di Twitter pada Minggu (24/7) bahwa angka kuartal kedua yang akan datang akan "melihat ke belakang," yang dia sebut konteks penting. "Data perekrutan, pengeluaran, dan produksi terlihat solid," katanya.

Baca juga: Menkeu AS: Ekonomi melambat, resesi bukan tak bisa dihindari

Baca juga: Rusia-Ukraina akan teken ekspor biji-bijian, redakan ancaman kelaparan

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
COPYRIGHT © ANTARA 2022