Pangkalpinang (ANTARA News) - Kegiatan penambangan timah inkonvensional (TI) di propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) mencapai lebih dari 15 ribu lokasi, sehingga telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat parah. "Kerusakan lingkungan di Babel mungkin merupakan yang terberat di dunia. Tindakan yang menyebabkan kerusakan lingkungan baru harus segera dihentikan," kata Gubernur Babel, Hudarni Rani, Senin. Data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Propinsi Babel menyebutkan dari luas 400 ribu hektare hutan di propinsi "Serumpun Sebalai" itu, 25 persen di antaranya dalam keadaan rusak berat. Dari keseluruhan luas hutan itu, yang masih memiliki hutan dengan kondisi bagus hanya 30 persen. Kerusakan hutan di babel, tidak hanya hutan produksi, tapi juga hutan lindung, cagar alam bahkan merembes kedaerah aliran sungai. Kegiatan pemulihan kawasan yang rusak bahkan tidak ada sama sekali. Kerusakan hutan dan lingkungan yang parah di Babel telah menyebabkan keanekaragaman hayati di daerah itu terancam punah. Perbaikan kerusakan lingkungan dan pencegahan kerusakan lingkungan baru, menurut Hudarni, harus melibatkan semua pihak terutama warga yang akan membuka lokasi TI. Hudarni menyatakan upaya untuk memperbaiki hutan yang sebagian kini telah menjadi kolong-kolong TI tidak mungkin dengan melakukan penutupan kolong selanjutnya dilakukan penanaman. "Paling upaya yang dilakukan adalah bagaimana kolong itu bisa bernilai ekonomis dengan cara menyemai benih ikan seperti nila dan patin," ujarnya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006