Jakarta (ANTARA) - Animo penonton Piala FIBA Asia 2022 yang dilangsungkan di Jakarta sepanjang 12-24 Juli lalu berhasil melampaui edisi sebelumnya yang digelar di Zouk Mikael, Lebanon, pada 2017 silam, demikian disampaikan panitia penyelenggara.

"Secara total jumlah penonton kita lebih tinggi. Waktu Lebanon itu kisaran 42 ribu sepanjang turnamen, kita 55 ribu lebih," kata Ketua Panitia Penyelenggara Piala FIBA Asia 2022 Junas Miradiarsyah saat dihubungi Antara dari Jakarta, Rabu.

Peningkatan jumlah penonton itu menjadi prestasi tersendiri bagi penyelenggaraan Piala FIBA Asia 2022 di Indonesia, mengingat jumlah pertandingan yang dimainkan lebih sedikit dibandingkan edisi Lebanon 2017.

Piala FIBA Asia 2022 di Indonesia hanya memainkan 36 pertandingan saja, berkurang empat dibandingkan edisi sebelumnya. Penurunan jumlah pertandingan itu dikarenakan di Piala FIBA Asia 2022 tidak dilangsungkan laga-laga klasifikasi pemeringkatan 5-8 yang dimainkan di edisi sebelumnya.

Di sisi lain, Istora Gelora Bung Karno di Senayan juga hanya memiliki kapasitas maksimal 7.166 penonton atau sedikit lebih kecil dibandingkan Nouhad Nafwal Arena yang digunakan pada 2017 dan mampu menampung hingga 8.000 penonton.

Baca juga: Penonton Piala FIBA Asia dibatasi 75 persen kapasitas Istora

Terlebih lagi, Piala FIBA Asia 2022 diselenggarakan di tengah situasi pandemi COVID-19 yang belum sepenuhnya reda.

Junas tak menampik kenyataan bahwa tingkat keterisian tribun Istora selama Piala FIBA Asia 2022 mencapai titik puncak terutama hanya di pertandingan-pertandingan yang melibatkan Indonesia serta partai final saat Australia menundukkan Lebanon.

"Memang di negara mana pun, ajang seperti FIBA Asia Cup atau FIBA World Cup itu fluktuasi penontonnya cukup tajam. Waktu tuan rumah main tinggi, kalau negara lain biasa-biasa aja. Bahkan di Lebanon pun fluktuasinya begitu," ujarnya.

Kendati demikian, Junas mengingatkan bahwa kepanitian lokal selanjutnya yang bakal bertugas untuk Piala Dunia FIBA 2023 mendatang tetap bisa menggenjot jumlah kehadiran penonton tersebut.

Terlebih lagi Piala Dunia FIBA 2023 akan menggunakan Indonesia Arena, gedung olahraga indoor baru yang tengah dibangun dengan daya tampung mencapai 16.500 penonton.

Baca juga: FIBA puji keseriusan Indonesia selenggarakan Piala Dunia

"Jadi sebetulnya oke. Tinggal bagaimana kita bisa dorong lagi, supaya selain menonton Indonesia, orang juga menonton tidak hanya final. Sebisa mungkin kita bisa dorong agar ketika babak reguler atau babak gugur sebelum final tapi negara lain yang lain main animo penonton tetap tinggi," katanya.

"Itu sih yang mungkin bisa kita tingkatkan lagi, karena untuk World Cup pasti kelasnya akan lebih berbeda lagi negara yang main. Mau babak apapun karena tim kelas dunia pasti lebih menarik," ujar Junas menambahkan.

Tahun depan Indonesia akan menjadi salah satu tuan rumah putaran final Piala Dunia FIBA 2023 bersama Filipina dan Jepang yang dijadwalkan berlangsung pada 25 Agustus s.d. 10 September 2023.

Sayangnya, Indonesia tidak ambil bagian dalam putaran final setelah gagal memenuhi target FIBA untuk mencapai delapan besar Piala FIBA Asia 2022, lantaran tersisih di playoff perebutan tiket perempat final melawan China.

Indonesia Arena bakal kebagian menyelenggarakan pertandingan-pertandingan dua grup babak penyisihan pertama serta satu grup babak penyisihan kedua, atau menjadi tuan rumah untuk delapan negara peserta.

Baca juga: Stadion bola basket Piala Dunia FIBA 2023 diberi nama Indonesia Arena

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Junaydi Suswanto
COPYRIGHT © ANTARA 2022