Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah (Kementerian BUMN) hingga Senin (20/3) belum memutuskan sikap terkait rencana Cemex Holding Asia Ltd. melepas 25,5 persen sahamnya di PT (Pesero) Semen Gresik Tbk. "Hingga kini (Senin/20/3) belum ada progres soal Cemex," kata Meneg BUMN Sugiharto, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin. Ia menjelaskan, sejauh ini dirinya belum menerima surat lebih lanjut dari Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi (PISET). Sebelumnya, Deputi Meneg BUMN bidang PISET, Roes Aryawijaya mengatakan, pemerintah akan memberikan jawaban paling lambat akhir Maret 2006, untuk memutuskan apakah membeli kembali (buyback) saham Cemex. "Kita sedang mengkaji. Surat tanggapan dari pemerintah sudah kita sampaikan," kata Roes. Roes menjelaskan, pemerintah berharap penjualan 25,5 persen saham Cemex tidak dibarengi dengan perjanjian syarat jual beli (CSPA) yang berlebihan, terutama terkait hak veto. "Dengan demikian, kewenangan pengambilan keputusan disesuaikan dengan prosentase kepemilikan," tegas Roes. Menurut Sugiharto, pemerintah sesungguhnya tidak mempermasalahkan siapa pihak yang akan membeli saham Cemex di Semen Gresik. "Kita serahkan ke Cemex, kan ada `willing buyer willing seller` (pihak yang ingin beli dan pihak yang ingin jual). Yang penting `goal` (tujuan) saya siapa pun yang beli hak Cemex yang lalu untuk `voting right` (hak voting) dibuat proporsional, dan adil," kata Sugiharto. Terkait kemungkinan "buyback", Sugiharto mengatakan, sejauh ini APBN belum menyediakan dana untuk itu. Selain dimiliki Cemex sebesar 25,5 persen, saham Semen Gresik juga dimiliki Pemerintah sebanyak 51 persen, sedangkan sisanya dimiliki investor publik. Analis PT Sinarmas Sekuritas, Alfiansyah mengatakan, pemerintah harus menyiapkan dana sekitar Rp3,8 triliun jika ingin merealisasikan "buyback" tersebut. Namun, analis PT Danareksa, Chandra S. Pasaribu dalam risetnya memperkitakan, pemerintah tidak memiliki anggaran untuk melakukan transaksi itu. Beberapa nama investor muncul, termasuk Bakrie Brothers yang mendaftarkan diri dengan mengandeng perusahaan dari kelompok Rajawali, setelah tahun lalu menjual kepemilikannya di perusahaan telekomunikasi Excelcomindo kepada Telekom Malaysia.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006