Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Mandiri Tbk hanya membukukan laba bersih Rp603 miliar pada 2005, turun drastis 88,5 persen dari tahun 2004 yang mencapai Rp5,2 triliun. "Sebagai akibat dari meningkatnya rasio kredit bermasalah, maka Bank Mandiri pada 2005 harus membukukan pencadangan penyisihan aktiva produktif sebesar Rp3,4 triliun. Hal ini mengakibatkan laba setelah pajak hanya mencapai Rp603 miliar," kata Dirut Bank Mandiri Agus Martowardoyo di Jakarta, Selasa. Agus menyebutkan, rasio kredit bermasalah (NPL) Bank Mandiri per 31 Agustus 2005 mencapai 26,7 persen, meningkat dari 24,6 persen pada triwulan III 2005 atau meningkat dari 7,4 persen pada akhir 2004. "Peningkatan NPL disebabkan oleh penurunan kualitas kredit Bank Mandiri, penerapan regulasi baru tentang penilaian aktiva produktif, dan kondisi makroekonomi yang kurang kondusif di triwulan IV 2004," kata Agus. Menurut dia, meskipun laba setelah pajak menurun secara signifikan, namun laba operasional sebelum memperhitungkan pembentukan cadangan penyisihan aktiva dan item-item non recuring lainnya sampai 31 Desember 2005 masih mencapai sebesar Rp4,5 triliun. Pendapatan bunga mengalami peningkatan sebesar 8,2 persen menjadi Rp20,80 triliun pada akhir 2005 dari Rp19,21 triliun pada akhir 2004. Sementara pendapatan operasional lainnya sebesar Rp2,78 triliun atau memberi kontribusi 24 persen dari total pendapatan operasional. Sepanjang tahun 2005, Bank Mandiri membukukan pertumbuhan kredit sebesar 13,2 persen atau Rp12,4 triliun pada segmen komersial, konsumer, korporat, dan UKM. Sementara dana masyarakat tumbuh 17,3 persen menjadi Rp206 triliun dari Rp175,8 triliun pada akhir 2004. Mengenai rasio kecukupan modal (CAR), Bank Mandiri melaporkan total aset sebesar Rp263 triliun dengan modal inti maupun pelengkap sebesar Rp29 triliun atau setara dengan CAR 23,65 persen. Agus juga menyebutkan bahwa beban bunga perseroan pada tahun 2005 mengalami peningkatan karena meningkatnya suku bunga pasar. Beban bunga meningkat 24 persen dari Rp9,7 triliun per akhir 2004 menjadi Rp12 triliun per akhir 2005. "Sampai dengan akhir 2005 total tabungan dan giro dari masyarakat masing-masing adalah sebesar Rp47,2 triliun dan Rp46,4 triliun serta total deposito sebesar Rp112,7 triliun sehingga komposisi dana murah adalah 45,4 persen. Kami akan mengupayakan agar dana murah yaitu tabungan dan giro meningkat jumlahnya melalui serangkaian program yang diluncurkan pada 2006," kata Agus.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006