Palu (ANTARA News) - Kepala Penerangan Komando Operasi Keamanan Sulawesi Tengah (Koopskam Sulteng) Kombes Pol Drs Didi Rochyadi menyatakan bahwa ledakan di depan Akademi Keperawatan Kota Poso Rabu malam (22/3) bukan bersumber dari bom, melainkan sebuah mercon besar. "Berdasarkan hasil penyelidikan petugas di lapangan, sumber ledakan berasal dari belerang (sulfur) yang dipadati dalam sebuah tabung kaleng. Sumbunya lalu disulut seseorang dengan api," katanya kepada ANTARA di Palu, Kamis. Menurut dia, dalam insiden tersebut tidak ada korban jiwa atau cedera, kecuali atap sebuah Pos Kamling yang jebol akibat hantaman letupan mercon kaleng itu. Beberapa menit setelah kejadian, katanya, aparat gabungan dari Kota Poso sudah tiba di dusun Landangan, desa Toini, Kecamatan Poso Pesisir, untuk melakukan olah tempat kejadian perkara. "Tapi pelaku yang menaruh dan meledakan benda itu masih dalam pengusutan," tuturnya. Didi Rochyadi menduga motivasi di balik aksi peledakan tersebut kemungkinan hanya bertujuan untuk meresahkan masyarakat, terutama di bekas daerah konflik Poso, meski belum bisa dipastikan karena belum ada orang yang ditangkap. Aparat kepolisian sendiri sudah meminta keterangan sejumlah warga yang tinggal di sekitar lokasi kejadian, namun umumnya mereka menyatakan tidak mengetahui secara detail, kecuali hanya mendengar bunyi ledakan cukup keras. Koopskam Sulteng sendiri mengakui masih banyak bom rakitan dan mercon serta senjata api rakitan eks kerusuhan Poso tahun 2000 hingga 2001 yang masih dalam penguasaan sejumlah oknum warga sipil setempat. Menurut Kombes Didi Rochyadi, berdasarkan informasi yang diperoleh polisi, sejumlah masyarakat yang masih menyimpan senjata-senjata eks kerusuhan Poso enggan menyerahkan senjatanya karena takut disangka terorisme, sehingga mereka memilih membuangnya. "Ada kesan seperti itu, sebab beberapa kali petugas menemukan bom rakitan sudah karatan sengaja di buang ke dalam hutan atau di tempat lain, dan justru bukan diserahkan kepada pihak berwajib untuk dimusnakan," tuturnya. Padahal, pimpinan kepolisian di Sulteng jauh-jauh hari sudah memberikan respon positif agar warga sipil bersedia menyerahkan secara sukarela benda-benda berbahaya yang dikuasainya kepada petugas, agar tidak terjerat masalah hukum saat dilakukan operasi penggeledahan. Ditanya mengenai pengusutan beberapa insiden peledakan bom di wilayah Poso sebelumnya seperti di Pasar Sentral Poso, Pasar Tentena, dan kompleks Pura desa Toini, Kombes Didi Rochyadi mengatakan semuanya masih dalam penyilidikan. "Memang sudah ada oknum-oknum yang dicurigai, namun polisi belum melakukan penangkapan karena barang buktinya masih minim," katanya dan menambahkan menjadikan seseorang sebagai tersangka kasus terorisme membutuhkan waktu karena harus ada barang yang cukup untuk mempertanggungjawabkannya.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006