Jakarta (ANTARA) - Sehari menjelang Peringatan HUT Ke-77 RI, Sidang Tahunan Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) RI sekaligus Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2022 digelar di Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta.

Dalam kesempatan tersebut, sejumlah tokoh tampak hadir. Ada Presiden Joko Widodo (Jokowi) beserta Ibu Negara Iriana Jokowi yang tiba di lokasi pada pukul 09.00 WIB, Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin dan Ibu Wury Ma’ruf Amin, Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden Ke-10 dan Ke-12 RI Jusuf Kalla, Wakil Presiden Ke-6 RI Try Sutrisno, dan Wakil Presiden Ke-9 RI Hamzah Haz.

Berikutnya, ada pula Ketua DPR RI Puan Maharani, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, para menteri Kabinet Indonesia Maju, ketua partai politik, dan sejumlah pejabat negara lainnya.

Secara resmi sekitar pukul 09.30 WIB, Sidang Tahunan MPR Tahun 2022 dibuka oleh Bamsoet, sapaan akrab Bambang Soesatyo. Dalam kesempatan tersebut, dia menyampaikan bahwa sidang dihadiri oleh 435 anggota dari 711 anggota MPR, DPR, dan DPD. Setelah melaporkan jumlah kehadiran anggota yang telah memenuhi syarat untuk dibukanya sidang, Bamsoet mulai menyampaikan pidato pengantar.

Baca juga: Presiden Jokowi: Indonesia jadi bangsa tangguh hadapi pandemi

Ia membuka jalannya sidang dengan mengajak seluruh pihak yang hadir untuk mempersembahkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena setelah lebih dari dua tahun dilanda pandemi COVID-19, berkat kerja keras pemerintah bersama seluruh komponen bangsa, seluruh masyarakat Indonesia mampu mengatasi pandemi secara baik.

“Kita bisa pulih cepat dan bangkit lebih kuat sehingga pada hari ini kita pun dapat melaksanakan Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR serta DPD,” kata dia.

Bamsoet memaparkan sejumlah hal dalam pidato pembukaan Sidang Tahunan MPR RI. Di antaranya, peringatan kepada pemerintah agar tidak lalai terhadap persoalan kenaikan inflasi, tantangan-tantangan menuju Indonesia Emas 2045, imbauan agar penyusunan prioritas anggaran dan realokasi anggaran dilakukan secara tepat, dan perintisan Forum MPR Dunia.

Ada pula pembahasan mengenai harapan agar suara Indonesia dalam KTT G20 di Bali nanti mampu memberikan alternatif solusi dalam menghadapi dinamika global yang bergejolak dan persoalan Pokok-Pokok Haluan Negara (PPHN).

Setelah pidato dari Ketua MPR RI, sidang dilanjutkan dengan pidato dari Ketua DPR RI Puan Maharani. Dalam kesempatan itu, Puan menyampaikan sejumlah hal, seperti peringatan bagi bangsa Indonesia untuk mewaspadai transisi pandemi menuju endemi COVID-19, penegasan dukungan dari DPR RI terhadap pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan, dan pentingnya politik pembangunan dan kekuatan nasional dalam mencapai tujuan nasional dan menghadapi tantangan dunia. Berikutnya, demokrasi dan pemilu serta beberapa agenda strategis yang perlu dilakukan untuk mempercepat kemajuan Indonesia.

Setelah Puan mengakhiri pidato, jalannya sidang tiba pada sesi pembacaan Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo. Ada beberapa hal yang menjadi sorotan Jokowi di dalam pidato kenegaraannya, seperti pandangannya mengenai pembangunan IKN yang harus dijaga keberlanjutannya dan ditopang manusia Indonesia yang unggul. Oleh karena itu, menurut dia, persoalan stunting atau tingkat kekerdilan anak di Indonesia harus cepat dipangkas.

Baca juga: Presiden tegaskan lima agenda besar nasional tidak boleh terhenti

Jokowi mendorong pemerintah agar terus memprioritaskan akses anak usia didik terhadap layanan pendidikan yang berkualitas. Lalu berkenaan dengan Pemilu 2024, Jokowi mengajak segenap pihak untuk terus mendukung penuh tahapan pemilu yang terus dipersiapkan oleh KPU itu.

Kemudian, Jokowi menyampaikan hal-hal yang berkenaan dengan isu kebangsaan, salah satunya adalah imbauan agar tidak ada lagi politik identitas dan politisasi agama di Tanah Air. Bahkan, setelah isu tersebut terdengar oleh publik, sejumlah apresiasi datang dari berbagai pihak, mulai dari anggota DPR, MPR, pimpinan partai politik, dan pengamat politik.

Seperti dikatakan Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid bahwa imbauan untuk menghindari politik identitas menegaskan Jokowi memberikan kepastian Pemilu 2024 berlangsung damai. Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing menilai pidato kenegaraan Jokowi yang salah satunya berisi ajakan untuk menghindari politik identitas mencerminkan bahwa dirinya merupakan sosok negarawan.

Persoalan hukum juga disorot oleh Presiden Jokowi dalam pidato kenegaraannya. Dia menegaskan bahwa perlindungan hukum, sosial, politik, dan ekonomi untuk rakyat harus terus diperkuat dalam upaya mewujudkan Indonesia berkeadilan.

Seperti yang tak pernah luput dari sorotan dalam setiap Sidang Tahunan MPR RI, pada tahun 2022 ini pembahasan mengenai busana adat yang dikenakan oleh Presiden Jokowi kembali mencuri perhatian publik. Kali ini, dia mengenakan busana adat Bangka Belitung berwarna hijau dan bermotif pucuk rebung. Jokowi menyampaikan makna busana adat yang dia kenakan.

Dia mengatakan motif pucuk rebung melambangkan kerukunan. Terkait dengan warna, menurut dia, hijau mengandung filosofi kesejukan, harapan, dan pertumbuhan.

Optimisme menjadi bangsa yang tangguh
Dalam Sidang Tahunan MPR RI ini, ada pula pembahasan mengenai optimisme Indonesia untuk menjadi bangsa yang tangguh yang dikumandangkan dalam pidato tiga tokoh nasional tersebut.

Sebagaimana yang disampaikan Jokowi melalui pidato kenegaraannya bahwa dalam menghadapi pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia, bangsa Indonesia telah menunjukkan diri sebagai bangsa yang tangguh. Orang nomor satu di Indonesia ini menjelaskan bahwa ketangguhan itu muncul berkat adanya sikap saling melindungi dan saling berbagi yang dilakukan masyarakat.

Selain itu, Jokowi menyampaikan ada pula peran dari ulama, tokoh agama, serta tokoh adat yang senantiasa mendampingi masyarakat, organisasi sosial keagamaan yang bergerak cepat membantu masyarakat, sinergi antara tenaga kesehatan, TNI, Polri, dan jajaran birokrasi.

Menurut Jokowi, lembaga-lembaga negara pun mendukung pemerintah menghadapi ketidakpastian akibat pandemi COVID-19. Dia kemudian berpandangan bahwa kemampuan mengelola pandemi secara baik memiliki arti bahwa Indonesia juga mampu mengelola agenda-agenda besar lainnya.

“Inilah kekuatan pertama kita untuk membangun Indonesia,” lanjut dia.

Baca juga: Presiden apresiasi dukungan DPR hadapi krisis kesehatan dan ekonomi

Selain kemampuan mengelola pandemi dengan baik, Jokowi mengatakan bahwa kekuatan kedua yang dimiliki Indonesia untuk menjadi tangguh adalah sumber daya alam yang melimpah. Namun, dia mengatakan ada syarat yang harus diterapkan untuk menjadikan sumber daya alam tersebut sebagai kekuatan kedua Indonesia, yaitu menerapkan hilirisasi dan industrialisasi di dalam negeri agar nilai tambahnya bisa maksimal untuk kepentingan nasional.

Selanjutnya, kekuatan-kekuatan lain yang dimiliki Indonesia adalah bonus demografi dan kepercayaan internasional yang meningkat tajam.

Optimisme untuk menjadi bangsa yang tangguh ini tertuang dalam tema Peringatan HUT Ke-77 RI, yakni “Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat”, sebagaimana disampaikan oleh Puan Maharani. Oleh karena itu, Puan mendorong seluruh anak bangsa untuk menyingsingkan lengan baju agar Indonesia segera pulih dan bangkit untuk menjemput impian kolektif, yakni menjadi negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Dia juga mengatakan bahwa tema peringatan HUT Ke-77 RI tersebut menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk segera kembali melanjutkan pembangunan nasional.

Dalam kesempatan yang sama, Bamsoet melengkapi optimisme mengenai Indonesia yang dapat tumbuh tangguh ini dengan mengajak semua pihak untuk menggelorakan semangat dalam mewujudkan Indonesia yang merdeka, yaitu Indonesia yang berdaulat, adil, makmur, serta melaksanakan amanah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

Selanjutnya, tambah dia, Indonesia yang merdeka juga berarti Indonesia yang mampu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

“Menjadi tugas dan tanggung jawab kita semua setelah 77 tahun Indonesia merdeka untuk melahirkan generasi muda yang tangguh, unggul, bersatu, dan optimistis,” ucap Bamsoet.

Kemudian, seluruh hal baik yang telah disampaikan dalam Sidang Tahunan MPR RI sekaligus Sidang Bersama Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2022 ini disempurnakan dengan pembacaan doa oleh Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar.

Sidang lalu ditutup oleh Puan dan sesi menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2022