Jakarta, (ANTARA News) - Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menyatakan keprihatinannya terhadap kebersihan sungai yang mengalir di Jakarta. "Air sangat diperlukan untuk kehidupan manusia, meski demikian air sungai mengalami pencemaran yang luar biasa," kata Sutiyoso dalam acara peringatan Hari Air Internasional yang berlangsung di kawasan Monas Jakarta, Minggu (26/3). Menurut Sutiyoso, saat ini masih banyak masyarakat yang memandang bahwa sungai merupakan tempat pembuangan sampah maupun barang lain yang tidak digunakan. Bahkan ada warga yang membangun kamar mandi di sungai. "Ibaratnya, sungai di Jakarta itu seperti supermarket, semua barang bisa kita temui disana dari mulai pakaian, sandal jepit hingga kasur," ujarnya berseloroh. Dalam pandangan Sutiyoso, air yang melintasi sungai bila memenuhi syarat kebersihan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan baku air minum dan sejumlah keperluan lainnya termasuk sarana transportasi perkotaan, meski untuk saat ini hal tersebut sulit diwujudkan. "Saya menyadari hal itu, oleh karena itu secara bertahap kita akan perbaiki kualitas kebersihan sungai. Sekarang yang sudah kita lakukan antara lain adalah di Kali Angke, sepanjang 3 km sudah direlokasi sekitar 1.110 kepala keluarga atau sekitar 5.000 jiwa ke rusun di Cengkareng, dan itu akan kita teruskan," tambahnya. Sutiyoso mengharapkan di masa yang akan datang, kawasan bantaran sungai akan terbebas dari pemukiman dan terjamin kebersihannya. Ubah slogan Ketua Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) DKI Jakarta Kosasih Wirahadikusumah dalam disela-sela pelaksanaan acara tersebut juga menjelaskan perlu adanya penyadaran terhadap masyarakat terutama yang tinggal di bantaran sungai untuk tidak membuang sampah ke sungai yang pada gilirannya akan menyebabkan banjir atau pendangkalan sungai. "Jadi mungkin seharusnya slogan kita berubah, jangan lagi buanglah sampah pada tempatnya, tapi menjadi dilarang buang sampah. Karena bila kita katakan buanglah sampah pada tempatnya, nanti orang bisa membuang sampah dimana saja dengan alasan itu adalah tempatnya," tutur Kosasih. Sementara itu ketua panitia kegiatan dari Dilts Foundation, Wahyu Setyawati menyatakan angka kematian akibat penyakit yang bersumber dari kualitas air buruk cukup tinggi. "Di dunia, setiap 10 menit setidaknya satu orang meninggal akibat penyakit yang berasal dari mengkonsumsi air berkualitas buruk," tuturnya. Pentingnya kualitas air juga disampaikan oleh perwakilan United States Agency for International Development (USAID) Herberth Smith yang hadir dalam acara tersebut. "Kami memang memiliki sejumlah program di bidang lingkungan dan pendidikan termasuk diantaranya adalah mengenai pemanfaatan air," katanya. Ia menekankan pemahaman tentang penggunaan air yang tepat dan juga bagaimana mempertahankan keberadaan air harus dimulai sejak usia anak-anak. Acara memperingati Hari Air Internasional tersebut selain menggelar kegiatan pameran yang diikuti oleh sejumlah kalangan yang bergerak di bidang pengolahan dan konservasi air juga diadakan kegiatan lomba lukis bertema air dan lomba bercerita tentang air yang diikuti oleh ratusan anak sekolah dasar di Jakarta dan juga anak-anak dari panti asuhan.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006