Kota Gaza (ANTARA News) - Calon perdana menteri kubu Hamas, Ismail Haniya, Ahad, mengatakan rakyat Palestina merindukan perdamaian dan berakhirnya lingkaran pertumpahan darah di Timur Tengah. Ketika berbicara sebelum sidang parlemen, Haniya mendesak masyarakat internasional untuk meningkatkan upayanya guna membantu mewujudkan perdamaian dengan landasan diakhirinya pendudukan Israel. Sidang Parlemen Palestina tersebut dipkerkirakan mensahkan susunan kabinet yang diajukan oleh Hamas. "Kami tak ingin darah terus mengalir di wilayah ini," kata Haniya kepada wartawan di luar rumahnya di kamp pengungsi Shaati di Jalur Gaza. "Berikan kami perdamaian. Kami mengingininya lebih daripada siapa pun, tapi itu harus menjadi perdamaian yang adil dengan landasan diakhirinya pendudukan dan dipulihkannya hak kami." Israel telah menyatakan pihaknya akan menolak berbicara dengan pemerintah Palestina pimpinan HAMAS, karena kelompok Islam garis keras itu tak mengakui hak negara Yahudi untuk ada dan terus menyarankan penggunaan kekerasan kendati merangkul demokrasi. Namun Haniya mengecam janji pemimpin Israel Ehud Olmert untuk membakukan perbatasan akhir negara Yahudi dengan mundur dari dari beberapa bagian Tepi Barat Sungai Jordan dan mempertahankan permukiman utama Yahudi, jika partainya, Kadima, menang dalam pemilihan anggota parlemen Selasa. Israel sedang "berusaha menarik garis perbatasan bagi negara yang tak dapat bertahan hidup selamanya. Itu tak dapat diterima oleh rakyat Palestina", katanya, seperti dilansir AFP. "Jika (Israel) ingin mundur dari bagian mana pun tanah Palestina, Israel dapat mundur tapi hak dan perbatasan negara Palestina diketahui semua orang," katanya. Menandai awal penyelesaian Calon perdana menteri Palestina tersebut bersikeras bahwa naiknya kelompoknya -- yang dicap sebagai organisasi teroris di Barat-- ke tampuk pimpinan akan memudahkan upaya mencari "penyelesaian" bagi konflik Timur Tengah. "Sebagian orang mengatakan dengan berkuasanya Hamas, krisis akan bertambah parah, tapi kami mengatakan itu akan menandai awal penyelesaian," katanya. Dalam ungkapan i`tikad baik, ia mengatakan ia bersedia pergi ke Eropa dan Amerika Serikat guna menjelaskan secara terperinci landasan politik pemerintahnya. Ketika ditanya mengenai gagasan perdamaian penjaga pintu yang diajukan selama konferensi tingkat tinggi Arab di Beirut pada 2002, Haniya mengatakan bola berada di lapangan Israel. "Kami ingin Israel mengambil sikap yang diketahui secara jelas ... dan kemudian kami dapat menilai situasi bersama saudara-saudara Arab," katanya. Anggota Parlemen Palestina, Senin, dijadwalkan melakukan pemungutan suara bagi kabinet 24 anggota yang telah diajukan Hamas setelah kemenangan besarnya dalam pemilihan anggota parlemen pada 25 Januari. Presiden Palestina, Mahmud Abbas diperkirakan akan memberikan persetujuan akhirnya bagi susunan kabinet tersebut setelah ia kembali dari konferensi tingkat tinggi Arab pekan ini di Khartoum. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006