Manila (ANTARA News) - Pemerintah Filipina didesak, agar memperbaiki langkah-langkah keselamatan dan perlindungan bagi puluhan ribu pekerja industri tambang setelah sektor tersebut menjalani liberalisasi bagi investor asing, Senin. Sejumlah 126.000 pekerja tambang berada dalam "bahaya besar, siang dan malam" ketika mereka bekerja keras di lorong-lorong yang dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan tambang asing, kata Ernesto Herrera, Sekretaris Jenderal Uni Kongres Perdagangan Filipina. "Yang menjadi keprihatinan besar kami adalah perlunya bagi perusahaan-perusahaan pertambangan, agar meningkatkan kualitas pelatihan penyelamatan tambang," kata Herrera. Ia mengatakan, para penambang juga kekurangan peralatan keselamatan saat terjadi musibah. Dalam dua tahun belakangan, empat musibah besar dalam tambang di Filipina telah menyebabkan banyak korban meninggal, katanya dengan menyebutkan data dari Asosiasi Penyelamatan Pertambangan Amerika Serikat (AS). Musibah tersebut termasuk ledakan gas metan di tambang Filipina pusat yang menewaskan delapan orang, dan longsor yang mengakibatkan 37 orang hilang dan dipastikan meninggal di lokasi serbuan emas di Compostela Valley bagian selatan. Mahkamah Agung Filipina pada Desember 2004 memutuskan liberalisasi industri pertambangan bagi partisipasi asing sepenuhnya, dalam sebuah perundangan yang ditentang kaum pecinta lingkungan dan gereja Roma Katolik yang sangat berpengaruh yang memperingatkan akan potensi musibah. Pemerintah negeri tersebut juga diharapkan akan menerima lima miliar dolar dalam investasi di sektor tersebut pada 2006, tetapi menekankan bahwa masalah lingkungan dan keselamatan akan menjadi prioritas utama. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006