Singapura (ANTARA News) - Hampir 300 orang tua yang terlunta-lunta telah mengajukan gugatan ke pengadilan khusus Singapura dalam kurun waktu tiga tahun ini, guna menuntut bantuan keuangan dari anak-anak mereka, data dari pengadilan memperlihatkan Selasa. Jumlah tersebut hanya mencerminkan puncak dari gunung es, kata para pekerja sosial, sebagaimana dikutip DPA. Lebih dari 1.000 orang tua, pekerja panti jompo dan pekerja sosial telah mendatangi Mahkamah bagi Perawatan Orang Tua dalam periode tiga tahun belakangan ini untuk meminta nasehat dan penjelasan, namun hanya 30 persen yang berlanjut dengan proses hukum. "Ini sungguh menyedihkan dan untuk beberapa hal, hanyalah soal malu," tulis The Straits Times, mengutip Asisten Direktur Kelompok Aksi Manula Singapura, Wong Lit Shoon. Mereka merasa malu membawa anak-anak mereka ke pengadilan," kata Wong kepada koran itu. "Mereka tidak ingin hubungan dengan anak-anak kian bertambah buruk." Beberapa dari mereka mengupayakan mediasi, penyuluhan dan komunikasi dengan anak-anak melalui berbagai lembaga bantuan. Mereka yang terpaksa harus beruruSan dengan pengadilan, pihak mahkamah dilaporkan lebih memihak kepada para orang tua dalam lebih dari tujuh dalam 10 kasus. Lebih banyak pria Lebih banyak pria ketimbang wanita yang meminta bantuan mahkamah. Di antara mereka yang berusia di atas 81 tahun, terdapat lebih banyak pemohon wanita. Di antara mereka yang membawa masalah mereka ke pengadilan adalah James Joseph, seorang penyandang cacat berusia 55 tahun. Tak seorang pun, baik mantan istrinya maupun kedua anaknya yang sudah dewasa, telah menengok pasien dialisis ginjal itu sejak ia masuk rumah sakit pada bulan lalu. "Jika saya dapat menghidupi diri saya sendiri, saya tak mau meminta-minta kepada mereka, katanya kepada The Straits Times. Kakek itu, yang kedua kakinya telah diamputasi, kini merasa mahkamah merupakan satu-satunya sandaran harapannya sejak kedua anaknya yang kini berusia 30 tahun dan telah memperoleh pekerjaan tetap. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006