Banda Aceh (ANTARA News) - Lambannya pembangunan rumah bagi warga Aceh memaksa sedikitnya 38 ribu warga Kabupaten Aceh Jaya korban bencana tsunami 26 Desember 2004 lalu, masih bertahan di tenda darurat, barak hunian sementara, dan rumah saudaranya. Mantan Bupati Aceh Jaya H. Zulfian Ahmad kepada ANTARA di Banda Aceh Rabu menyebutkan bahwa para pengungsi tersebut saat ini tersebar di wilayah Aceh Jaya, Banda Aceh, Aceh Besar dan di Meulaboh, ibukota Kabupaten Aceh Barat. Seusai menyerahkan jabatan penjabat bupati Aceh Jaya kepada penjabat baru, Ir. Basri MK, yang dikukuhkan penjabat Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Zulfian mengakui, proses pembangunan rumah bagi warganya sangat lamban. "Kelambatan itu bukan dipihak pemerintah daerah, tetapi lebih disebabkan pihak badan donor (LSM)," katanya. Pamerintah tidak bisa disalahkan karena pelayanan kepada badan donor dianggap sudah sangat maksimal, bahkan tanpa mengenal waktu, kapan saja mereka ingin bertemu selalu mendapat prioritas dari Pemkab Aceh Jaya. Menurut Zulfian, kebutuhan rumah para korban tsunami di wilayah Aceh Jaya sekitar 12.000 unit, namun realisasinya sampai akhir Maret 2005 baru sekitar 3.000 unit, terutama di wilayah Kecamatan Jaya (lamno), Panga dan Sampoiniet/Setia Bakti. "Yang terlihat lebih maju dalam pembangunan di Aceh Jaya hanya di wilayah Lamno, sedangkan untuk wilayah Teunmo saat ini baru dalam tahap permulaan," katanya. Masalah yang sering muncul dalam pembangunan perumahan bagi korban tsunami di wilayah Aceh Jaya adalah soal status tanah dan pembebasannya. "Sedangkan bagi lokasi perumahan yang diatas 1.000 unit sudah selesai semuanya, namun mereka belum juga memulainya," tambah Zulfian Ahmad. Kendalan lain, namun kecil, menyangkut tentang desain bangunan rumah bagi para korban tsunami antara satu daerah dengan daerah lain tidak sama, seharusnya perlu diseragamkan agar tidak menimbulkan tanda tangan dari masyarakat. Sebagai contoh disebutkan, rumah yang dibangun ukurannya beragam, ada yang tipe 46, tipe 45 dan bahkan ada rumah sangat sederhana (RSS) yang oleh masyarakat korban tsunami disebut seperti rumah kotak korek api.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006