London (ANTARA) - Bangkai ikan bass bergaris, pari kelelawar, dan ikan lainnya yang membusuk telah terdampar di pantai ​​​​Wilayah Teluk ​​​San Francisco dalam beberapa hari terakhir, setelah ganggang beracun menyebar ke seluruh area itu.

Tanaman beracun itu menjalar mulai Juli dan telah membentang ke utara sejauh Teluk San Pablo, sekitar 32 km utara San Francisco, ke selatan sejauh garis pantai Kabupaten San Mateo, kata organisasi advokasi lingkungan San Francisco Baykeeper.

Organisasi itu mengidentifikasi penyebab di balik perairan cokelat keruh itu sebagai satu spesies ganggang yang disebut Heterosigma akashiwo.

"Menjalarnya ganggang ini telah berlangsung selama lebih dari sebulan dan menutupi Teluk San Francisco, sehingga cakupan dan durasi penjalaran ini belum pernah terjadi sebelumnya," Jon Rosenfield, ilmuwan senior Baykeeper, mengatakan kepada Reuters.

Dia menyalahkan air limbah sebagai penyebab pertumbuhan cepat ganggang beracun itu. Air limbah olahan itu mengandung nitrogen dan fosfor yang dibuang ke teluk oleh sekitar 40 pusat pengolahan air limbah.

Seorang juru bicara departemen pekerjaan umum di Kota Oakland, seberang teluk dari San Francisco, mengatakan sedang melakukan apa yang dapat dilakukan untuk menangani kematian ikan dan pertumbuhan ganggang itu, tetapi tidak dapat berspekulasi tentang akar penyebab fenomena tersebut.

Para pekerja pada Rabu mengenakan jas hazmat dengan masker N95, sarung tangan dan sepatu bot dan menuju ke area berlumpur pantai Danau Merritt, menyongsong bau menyengat untuk mengumpulkan bangkai ikan dan satwa liar lainnya yang mengambang di air atau berserakan di lumpur.

"Danau ini seperti rumah kedua saya, dan saya belum pernah melihat yang seperti ini," kata warga Oakland, Sara Moss, 27, yang sering datang ke Danau Merritt. "Edan, betapa banyak ikan mati, kecil maupun besar."

Sumber: Reuters

Baca juga: Kematian massal ikan di sungai Polandia picu kekhawatiran
Baca juga: Kematian massal ikan menimbulkan polusi udara di Danau Maninjau

Pewarta: Mulyo Sunyoto
Editor: Anton Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2022