Jakarta (ANTARA News) - Induk Koperasi Syariah (Inkopsyah) BMT yang merupakan hasil kerjasama antara PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dengan Inkopsyah siap menjadi lembaga Apex (induk) bagi BMT dan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) di seluruh Indonesia. "Kehadiran Lembaga Apex dibutuhkan dalam menyikapi tuntutan peran UKM dan LKMS ke depan yang membutuhkan adanya lembaga yang kompeten dan profesional dalam menghadapi kondisi makro ekonomi yang penuh persaingan," kata Ketua Umum Badan Pengurus Inkopsyah BMT, M Amin Aziz, di Jakarta, Kamis, ketika menjelaskan hasil Rapat Anggota Tahunan (RAT) koperasi tersebut. Menurut dia, peran Inkopsyah BMT tidak hanya sekedar memberikan bantuan permodalan dan likuiditas, tapi juga dukungan teknis (technical assistant) agar tercipta industri BMT yang unggul dan menjadi media masyarakat dalam setiap aktivitas ekonomi dan sosialnya. Inkopsyah BMT, lanjutnya, berusaha menyambut tantangan melalui layanan permodalan dan jasa manajemen bagi anggota dan calon anggota. Untuk itu, Inkopsyah BMT berusaha membentuk dan menciptakan BMT-BMT yang solid dan professional yang dapat turut mendorong kemajuan UKM di Indonesia. Inkopsyah BMT merupakan lembaga keuangan yang diresmikan pada 15 Februari 2002, hasil kerjasama PT Permodalan Nasional Madani (Persero) dengan Induk Koperasi Syariah (Inkopsyah). Jumlah anggotanya mencapai 145 BMT dari sekitar 3.000 BMT, dan sekitar 500 di antaranya kini menjadi calon anggota. Hingga kini PNM BMT (Inkopsyah BMT) telah melayani sekitar 90 BMT di seluruh Indonesia dengan total pembiayaan per Desember 2005 mencapai Rp10 miliar. Jumlah pinjaman yang diberikan selama Juni-Desember 2005 naik 74 persen, dari Rp6,15 miliar menjadi Rp10,75 miliar. Realisasi tersebut masih di bawah target Rencana Kegiatan Anggaran Tahunan (RKAT) sebesar Rp12,24 miliar yang antara lain disebabkan perputaran dana yang ada relatif kecil, hanya sekitar Rp300 juta/bulan. Selain itu, sumber dana tambahan dari PNM yang diusulkan sebesar Rp10 miliar hanya disetujui Rp8 miliar dan yang efektif diterima per September 2005 hanya sekitar Rp4 miliar. Terbatasnya sumber pendanaan tersebut cukup mempengaruhi kemampuan Inkopsyah BMT dalam melakukan ekspansi pembiayaan. Sumber pendanaan lain khususnya dari perbankan juga belum terealisasi. Sementara itu, pertumbuhan Sisa Hasil Usaha (SHU) tahun 2005 mencapai 48 persen dari Rp194,30 juta (2004) menjadi Rp357,20 juta, sedikit di atas target RKAT sebesar Rp289,90 juta (23 persen). Pencapaian itu dimungkinkan karena tingkat pengembalian dan bagi hasil dari pembiayaan yang cukup optimal serta adanya tambahan pendapatan dari jasa manajemen melalui BMT Koordinator. Sedangkan rasio keuangan menunjukkan tren positif seiring dengan dilakukannya pembenahan, efisiensi, dan optimalisasi pengelolaan di intern Inkopsyah BMT selama tahun 2005. Tingkat Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) meningkat dari 2,5 persen dan 7,31 persen (Desember 2004) menjadi 3,24 persen dan 11,84 persen (2005). Begitu pula dengan tingkat kredit bermasalah yang mengalami perbaikan cukup berarti dari 14,58 persen menjadi 4,03 persen, karena penanganan sepenuhnya oleh PNM. Selama tahun 2005 juga terjadi penambahan anggota sebanyak 11 BMT dari 134 menjadi 145 BMT. Begitu pula dengan jangkauan pelayanan semakin diperluas khususnya di wilayah Sumatera dan Sulawesi (luar Jawa).(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006