Bogor (ANTARA News) - Istana Merdeka yang sekarang didiami Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ternyata sebagian bangunannya sudah rusak diserang koloni rayap dan belakangan Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto menyatakan akan merombak bangunan negara itu. Serangan rayap yang merusakkan bangunan Istana Merdeka itu juga sudah dipastikan oleh dua pakar rayap dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ir Rudolf Christian Tarumingkeng, MF, PhD dan Prof Dr Ir M Surjono Surjokusumo, MSF, PhD mengaku sudah melakukan survai di kediaman presiden tersebut. "Beberapa waktu lalu saya dan pak Rudi (Rudolf) diundang ke Istana Merdeka untuk memastikan apa benar istana diserang oleh koloni rayap, dan ternyata benar saja. Plafon di Istana Merdeka, tepatnya di ruangan yang biasa dipergunakan presiden menerima tamu jauh, yang utuh hanya rangka alumuniumnya saja," kata M Surjono disela-sela pelepasan purna tugas kedua guru besar Fakultas Kehutanan (Fahutan) IPB itu di Bogor, Sabtu. "Kami baru melalukan survei saja tetapi untuk treatment-nya belum karena masih menunggu perintah dari presiden," tambah Surjono. Menteri PU Djoko Kirmanto, Selasa (28/3) mengungkapkan bahwa bangunan Istana Negara yang terletak di Jl Veteran Jakarta Pusat, akan mengalami perombakan karena akan dijadikan tempat tinggal sementara bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut Djoko perombakan Istana Negara itu dijadwalkan selesai dalam tempo satu bulan. Perombakan Istana Negara akan diikuti dengan perombakan Istana Merdeka, yaitu istana yang saat ini menjadi kediaman resmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Perbaikan Istana Merdeka, ujar Djoko, akan memakan waktu sekitar tujuh bulan, namun ia belum menjelaskan tentang biaya renovasi Istana Negara dan Istana Merdeka. Ia juga mengungkapkan perlunya perombakan terhadap Istana Merdeka, karena dinilai kondisi gedung istana tersebut sudah sangat membahayakan untuk ditinggali oleh Kepala Negara. Istana Merdeka, yang terletak di Jl Medan Merdeka Utara, selain dijadikan kediaman resmi Presiden Yudhoyono, juga kerap dipakai sebagai tempat bagi Yudhoyono untuk menerima tamu-tamu negara, termasuk para duta besar asing saat mereka menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden RI. Istana Merdeka beserta halamannya juga menjadi tempat peringatan detik-detik Proklamasi 17 Agustus. Menurut Surjono, sejak tahun 1983 "tim rayap" IPB telah meneliti rayap dan menemukan perkembangan yang luar biasa, yakni bila dulu rayap hanya menyerang daerah pertanian dan perkebunan, sekarang rayap sudah mampu menyerang bangunan-bangunan pencakar langit seperti gedung pusat perbelanjaan, hotel, apartemen dan gedung perkantoran, misalnya Gajah Mada Plaza, apartement Semanggi dan Taman Rasuna Said. "Lebih dari 50 persen gedung bertingkat di Jakarta sekarang telah terserang rayap. Serangan rayap pada bangunan bertingkat menarik untuk dicermati karena berkaitan dengan kemampuan rayap untuk menembus penghalang fisik yang ada," katanya. Padahal, kata dia, bangunan bertingkat umumnya memiliki struktur yang sangat kokoh, dimana struktur bawah bangunan sebagian besar adalah beton bertulang yang secara konstruksi mustahil dapat dilalui rayap. "Pada bangunan bertingkat tinggi umumnya rayap menyerang bagian ornamen bangunan atau pelengkap isi bangunan seperti furnitur sampai menghabiskan dokumen, menghancurkan `wallpaper`, serta merusak `parguet` dan `gipsum`," katanya. Rudolf Christian Tarumingkeng, yang merupakan penemu klasifikasi rayap Indonesia menambahkan bahwa rayap sekarang sudah mengikuti perkembangan jaman. Ia memberi analogi seperti apabila dihidangkan jenis makanan baru, pasti ada keinginan untuk mencobanya, demikian pula halnya dengan rayap. Sedangkan Surjono Surjokusumo menyatakan, setiap bangunan memiliki umur tergantung dari bahan yang digunakan serta perawatannya. Apabila suatu bangunan menggunakan bahan kayu yang telah diberi anti rayap sebagai pondasi, dan perawatannya diperhatikan, menurut dia, sudah pasti umur dari bangunan tersebut lebih lama dan bahkan bisa saja tidak ada batas umur ketimbang bangunan yang dibangun dengan pondasi kayu yang seadanya. Ia mengemukakan, ada dua jenis rayap yang sangat cepat menyerang bangunan yaitu rayap Coptotermes dan Sedotermes. "Untuk menghindari rayap sebaiknya sebelum membangun, kayu yang digunakan sebagai pondasi disuntik terlebih dahulu (dengan bahan anti rayap). Apabila sudah terlambat dapat digunakan umpan untuk membasmi koloni rayap," katanya. Selain pemeriharaan dan mutu kayu yang digunakan ternyata ketinggian daerah, suhu udara dan kelembaban sangat berpengaruh terhadap keawetan bangunan. Misalnya saja di Istana Cipanas dan Istana Bogor, sampai saat ini belum ditemukan kejadian seperti di Istana Merdeka, padahal umur bangunan tersebut sudah lebih dari 270 tahun, demikian Surjono Surjokusumo.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006