Tokyo (ANTARA) - Euro melonjak ke level tertinggi lebih dari tiga minggu terhadap dolar AS di sesi Asia pada Senin pagi, sementara sterling naik ke level tertinggi bulan ini karena pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) mendorong lebih lanjut kasus pengetatan moneter agresif (hawkish).

Greenback bertahan tidak jauh dari level terendah dua minggu menjelang data inflasi (IHK) utama AS minggu ini yang memungkinkan Federal Reserve untuk mempertimbangkan apakah akan memperlambat laju kenaikan suku bunganya pada pertemuan kebijakan 21 September.

Yen Jepang yang sensitif terhadap suku bunga menemukan pijakannya di sekitar level pertengahan 142 per dolar, karena imbal hasil obligasi pemerintah jangka panjang AS menghentikan kenaikannya di bawah level tertinggi hampir tiga bulan.

Euro melompat setinggi 1,0130 dolar di awal sesi Asia sebelum diperdagangkan terakhir 0,19 persen lebih kuat dari Jumat (9/9/2022) di 1,0066 dolar. Sterling naik menjadi 1,1681 dolar, dan terakhir diperdagangkan 0,24 persen lebih tinggi pada 1,1611 dolar.

Pembuat kebijakan ECB melihat peningkatan risiko bahwa suku bunga acuan perlu ditingkatkan menjadi 2,0 persen atau lebih untuk mengekang rekor inflasi, sebuah sumber mengatakan kepada Reuters.

Dalam sebuah wawancara dengan radio Jerman selama akhir pekan, Presiden Bundesbank Joachim Nagel mengatakan bahwa jika gambaran harga konsumen tidak berubah, "langkah-langkah lebih jelas harus diikuti."

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, sedikit berubah pada 108,82, bertahan dekat dengan level tersebut setelah jatuh kembali dari puncak dua dekade yang dicapai pada Rabu (7/9/2022). Indeks merosot ke terendah sejak 30 Agustus di 108,35 di sesi sebelumnya.

Investor waspada menjelang laporan IHK AS pada Selasa (13/9/2022), bahkan ketika pejabat Fed melanjutkan retorika hawkish mereka pada Jumat (9/9/2022), hari terakhir untuk komentar semacam itu sebelum periode black-out menjelang pertimbangan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).

Gubernur Fed Christopher Waller mengatakan dia mendukung "peningkatan signifikan pada pertemuan kami berikutnya," sementara Presiden Fed St. Louis James Bullard mengulangi seruannya untuk kenaikan 75 basis poin.

"Para pejabat telah dengan jelas mengartikulasikan perlunya FOMC untuk terus menaikkan suku bunga sampai ada bukti kuat bahwa inflasi turun," tulis ahli strategi Commonwealth Bank of Australia Joseph Capurso dalam catatan klien.

"Terlepas dari hasil laporan IHK, kami menilai FOMC memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," yang berarti lebih banyak sisi positif untuk dolar dalam jangka pendek dan menengah, katanya.

Dolar datar di 142,71 yen, setelah mundur dari puncak 24 tahun di 144,99 pada Rabu (7/9/2022).

Itu terjadi karena imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun, yang sering dilacak oleh pasangan mata uang, memperlambat kenaikan yang membawanya ke level tertinggi sejak pertengahan Juni di 3,365 persen minggu lalu. Itu sedikit berubah dari Jumat (9/9/2022) di sekitar 3,315 persen di perdagangan Tokyo.

Sementara itu, pejabat Jepang kembali mengisyaratkan intervensi, dengan juru bicara senior pemerintah mengatakan dalam wawancara televisi lokal bahwa pemerintah harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melawan penurunan yen yang berlebihan.

Namun, analis meragukan langkah seperti itu akan berhasil tanpa dukungan dari The Fed dan bank sentral lainnya, mengingat bank sentral Jepang (BOJ) adalah satu-satunya di antara pasar negara maju yang berpegang teguh pada kebijakan ultra-longgar.

"Upaya terkoordinasi diperlukan dan saat ini dengan bank-bank sentral utama memerangi inflasi melalui kebijakan yang lebih ketat, dukungan resmi global untuk yen tampaknya tidak mungkin," tulis Rodrigo Catril, ahli strategi di National Australia Bank, dalam sebuah catatan.

"Jika BOJ benar-benar ingin menghentikan penurunan yen, maka mereka perlu membuat perubahan pada kebijakan ultra-longgar mereka," tambahnya. "Tekanan sedang meningkat."

Di tempat lain, dolar Australia turun tipis 0,04 persen menjadi 0,6844 dolar AS, sementara kiwi Selandia Baru bertambah 0,11 persen menjadi diperdagangkan di 0,6110 dolar AS.

Mata uang kripto terkemuka, bitcoin turun 0,85 persen menjadi 21.650 dolar AS, menemukan pijakannya di sekitar level itu setelah memantul dari level terendah hampir tiga bulan di 18.540 dolar AS minggu lalu.


Baca juga: Dolar jatuh karena investor sesuaikan posisi jelang data inflasi AS
Baca juga: Dolar melemah di Asia, euro menguat setelah ECB naikkan suku bunga
Baca juga: Euro bertahan di atas level terendah 2 dekade sebelum keputusan ECB

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2022