Jakarta (ANTARA) - Sejumlah peneliti China berhasil mengungkap mekanisme genetik dan seluler yang mendasari adaptasi yak dengan lingkungan rendah oksigen.

Yak liar dan domestik dapat beradaptasi dengan lingkungan berketinggian tinggi di Dataran Tinggi Qinghai-Tibet, sementara mamalia yang bukan asli daerah itu, termasuk manusia, mungkin mengalami masalah paru-paru dan jantung yang serius ketika mereka terkena hipoksia di dataran tinggi tersebut.

Berdasarkan data genomik dan transkriptomik, para peneliti dari Northwest Institute of Plateau Biology yang berada di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China mengumpulkan dua genom tingkat kromosom, masing-masing untuk yak liar dan yak domestik, serta menyaring varian struktural (structural variant/SV) melalui data panjang tentang yak dan sapi.

Sebanyak 127 gen yang membawa tipe khusus SV diekspresikan secara berbeda pada paru-paru sapi dan yak. Para peneliti kemudian menemukan subtipe sel endotel spesifik yak yang mengekspresikan gen yang terkait dengan adaptasi terhadap lingkungan rendah oksigen, menurut temuan yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications.

Temuan ini memberikan wawasan baru tentang adaptasi yak di dataran tinggi serta memiliki implikasi penting untuk memahami respons fisiologis dan patologis mamalia besar serta manusia terhadap hipoksia. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
COPYRIGHT © ANTARA 2022