Bangkok (ANTARA News) - Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra memeluk dua puterinya dan terisak sesudah mengumumkan akan mundur dari jabatannya hari Selasa di tengah pemilihan umum bermasalah ahir pekan lalu. Thaksin menyatakan tidak akan menerima jabatan perdana menteri itu saat parlemen bersidang, demikian dilaporkan kantor-kantor berita asing. Sesaat sesudah pidato 10 menit di televisi siaran nasional itu, Thaksin --yang berjuang melawan tuduhan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan-- memeluk puterinya dan menangis di bahunya, sementara isterinya melingkarkan tangan ke tubuhnya. Thaksin mengumumkan itu hanya beberapa jam sesudah bertemu dengan Raja Bhumibol Adulyadej, yang diagungkan bangsa Thai, di tengah ancaman unjukrasa besar di Bangkok menuntut kemundurannya. Ia menyatakan memutuskan hal itu untuk menghormati sang raja, yang merayakan peringatan 60 tahun tahtanya tahun ini. "Alasan saya tidak menerima jabatan perdana menteri ialah karena tahun ini merupakan tahun bertuah bagi raja, yang peringatan 60 tahun tahtanya hanya tinggal 60 hari lagi," kata Thaksin dalam temu pers disiarkan televisi itu. "Saya ingin seluruh rakyat Thai bersatu," katanya. "Saya mohon seluruh rakyat Thai berkorban untuk raja. Saya minta maaf pada 16 pendukung saya, karena saya tidak dapat menerima jabatan perdana menteri, tapi saya akan tetap menjabat sebagai pemangku jabatan perdana menteri sampai pengganti saya terpilih," katanya. "Saya akan tetap menjadi anggota parlemen dan pemimpin partai Thai Rak Thai," katanya. Thaksin mengadakan pemilihan umum hari Minggu tersebut tiga tahun lebih awal sesudah terjadi dua bulan unjukrasa jalanan menentang kekuasannya, sementara partai utama penentangnya memboikot pemilihan itu, dengan meragukan keabsahannya. Kemarahan besar masyarakat terhadapnya meledak ahir Januari sesudah keluarganya melepas sahamnya di perusahaan raksasa telekomunikasi Shin Corp senilai 73,3 miliar baht (sekitar 19 triliun rupiah) dalam penjualan bebas pajak pada ahir Januari 2006. Mereka mengancam berunjukrasa besar bahkan sebelum hasil ahir pemilihan umum itu diumumkan, menandakan bahwa upaya Thaksin mengahiri keguncangan politik tersebut gagal. Pemimpin utama unjukrasa untuk menumbangkan Thaksin menyatakan menang beberapa saat sesudah perdana menteri itu mengumumkan akan mundur. "Ini kemenangan kita. Kalau kita tidak saling bantu, hari ini tidak akan ada apa-apa," kata Chamlong Srimuang. Chamlong adalah guru politik Thaksin, tapi kemudian menentangnya awal tahun ini dan membantu menggalang unjukrasa besar berminggu-minggu. Puluhan ribu orang turun ke jalan menuntut Thaksin mundur dengan tuduhan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Pemimpin partai Mahachon, yang memboikot pemilihan umum, memuji keputusan Thaksin itu. "Ia membuat keputusan benar. Saya senang dan memujinya untuk itu. Saya sudah lama ingin mendengarnya. Sekarang, segalanya akan teratasi," kata Sanan Kachornprasart pada televisi Thai.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006