Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres dan Utusan Khusus PBB untuk Pendidikan Global Gordon Brown pada Sabtu (17/9) meluncurkan fasilitas keuangan internasional untuk pendidikan (International Finance Facility for Education/IFFEd) senilai miliaran dolar

Dengan proyek pertama diharapkan berlangsung pada 2023, IFFEd akan mendukung investasi pendidikan dan pengembangan keterampilan di negara-negara berpendapatan menengah ke bawah. Dengan pendanaan awal sebesar 2 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.939), fasilitas tersebut diperkirakan meningkat menjadi 10 miliar dolar AS pada 2030 mendatang.

Sejak pandemi COVID-19 mulai merebak, dua pertiga negara di dunia telah memangkas anggaran pendidikan mereka, kendati pendidikan merupakan komponen dasar untuk membangun masyarakat yang damai, makmur, dan stabil, ujar Guterres dalam konferensi pers bersama Brown. "Mengurangi investasi sebenarnya menjamin munculnya krisis yang lebih serius di masa mendatang. Alih-alih mengurangi, kita harus mengalokasikan lebih banyak uang ke dalam sistem pendidikan."

Negara-negara kaya dapat meningkatkan pendanaan dari sumber-sumber domestik. Namun, banyak negara berkembang sedang dilanda krisis biaya hidup, dan sangat membutuhkan dukungan untuk pendidikan, tutur Guterres, seraya menambahkan bahwa inilah peran IFFEd.
 
 

 
Fasilitas ini bertujuan untuk mendapatkan pendanaan bagi negara-negara berpendapatan menengah ke bawah, yang menjadi rumah bagi separuh anak-anak dan remaja di dunia, dan bagi mayoritas anak-anak telantar dan pengungsi di dunia, urai Guterres

IFFEd bukanlah dana baru, melainkan mekanisme untuk meningkatkan sumber daya yang tersedia bagi bank-bank multilateral untuk menyediakan pembiayaan pendidikan berbiaya rendah. Fasilitas itu akan melengkapi dan bekerja sama dengan sarana yang ada yang memberikan hibah dan bantuan lainnya, kata Guterres, seraya menyerukan kepada semua donor internasional dan organisasi filantropis untuk mendukung IFFEd.

Brown menguraikan bahwa IFFEd ada untuk menangani krisis saat 260 juta anak usia sekolah tidak bersekolah, 400 juta anak berusia 11 tahun yang tidak dapat membaca atau menulis dan meninggalkan bangku pendidikan untuk selamanya, serta 840 juta anak dan remaja, yang saat mereka meninggalkan bangku pendidikan pada usia remaja, tidak memiliki kualifikasi untuk tempat kerja di masa mendatang.

"Seiring waktu, kami memperkirakan dana itu akan tumbuh dari dua miliar (dolar) yang akan menjadi awalnya, menjadi lima miliar, dan kemudian 10 miliar. Ini berarti hari ini kami mengumumkan investasi tunggal terbesar dalam pendidikan global yang pernah disaksikan dunia, dan kami meyakini hal itu dapat mengubah prospek jutaan anak," papar Brown.

Pewarta: Xinhua
Editor: Joko Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2022