Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menilai bahwa kenaikan harga komoditas pangan dan energi akibat konflik Ukraina-Rusia menjadi salah satu tantangan percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem di Indonesia.

"Kita dihadapkan pada kenyataan terjadinya kenaikan harga-harga berbagai komoditas pangan dan energi sebagai akibat situasi geopolitik yang belum menunjukkan tanda-tanda berakhir," kata Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, tantangan global itu berdampak pada upaya percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem di Indonesia pada level makro, yang mencakup kebijakan menjaga stabilitas inflasi atau harga, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, menciptakan lapangan kerja produktif, maupun menjaga iklim investasi.

Pada level mikro, kata dia, kebijakan menurunkan beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan kelompok miskin melalui program ekonomi produktif juga menghadapi tantangan yang tidak ringan.

"Dua isu strategis yang menjadi tantangan pada level mikro adalah akurasi data dan sinergi antar program yang melibatkan kementerian atau lembaga dan dunia usaha," katanya dalam webinar bertema "Mewujudkan Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem Tahun 2024".

Dalam kesempatan itu, ia mengemukakan, berdasarkan data BPS selama kurun waktu 2014-2019 proporsi penduduk miskin ekstrem di Indonesia telah menurun dari 7,9 persen menjadi 3,7 persen.

Namun pada Maret 2020, lanjut dia, akibat pandemi COVID-19 proporsi penduduk miskin ekstrem meningkat menjadi 3,8 persen, dan pada September 2020 kembali naik hingga 4,2 persen.

"Tetapi Alhamdulillah kembali menurun menjadi 3,79 persen pada September 2021," katanya.

Ia mengatakan, salah satu bentuk komitmen pemerintah Indonesia dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) adalah menghapus kemiskinan ekstrem yang ditargetkan akan dicapai pada 2024.

Target itu, kata dia, ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo dalam Rapat Terbatas Kabinet Indonesia Maju tentang Strategi Pengentasan Kemiskinan pada 4 Maret 2020.

"Pada 2024 diharapkan dapat mencapai nol persen. Ini berarti enam tahun lebih cepat dari target penghapusan kemiskinan ekstrem dalam SDGs," demikian Laksana Tri Handoko .

Baca juga: FAO: Konflik Rusia-Ukraina dapat sebabkan belasan juta orang kelaparan

Baca juga: Hikmahanto: Kondisi geopolitik tidak stabil ganggu kegiatan ekonomi

Baca juga: Pakar: Konflik Rusia-Ukraina berdampak negatif terhadap industri kelapa

Baca juga: Kemenkeu: Negara miskin sangat tertekan akibat konflik Rusia-Ukraina

 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Andi Jauhary
COPYRIGHT © ANTARA 2022