Jakarta (ANTARA News) - Bagaimana seorang aktivis anak Seto Mulyadi (54) atau yang lebih dikenal dengan sapaan Kak Seto membesarkan anak-anaknya? "Dengan dongeng dan senyum," jawab bapak empat anak itu membuka rahasia saat ditemui di Jakarta, Rabu. Suami dari Deviana itu mengatakan bahwa senyum merupakan kekuatan yang luar biasa. Sebagai Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Seto sering bepergian ke daerah konflik dan menghadapi massa yang marah. "Waktu di Aceh dan bertemu dengan GAM saya hadapi mereka dengan senyum. Saat menghadapi demontrasi dengan massa yang marah, saya juga keluar dengan senyum dan semua dapat berjalan tanpa kekerasan. Menghadapi anak-anak di rumah juga harus dengan senyum," kata ayah dari Eka Putri Duta Sari, Bimo Dwi Putra Utama, Shelomita Kartika Putri Maharani, dan Nindya Putri Catur Permatasari itu. Dengan senyum, katanya, semua emosi dapat dinetralkan sehingga masalah mampu diselesaikan dalam dialog yang lancar dan tenang. Selain dengan senyum, doktor bidang psikologi lulusan Universitas Indonesia itu juga membesarkan anak dengan dongeng. "Yang penting sebenarnya bukan dongengnya (isi/ceritanya) tapi mendongengnya," kata pria kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 28 Agustus 1951 tersebut. Ia menambahkan budaya dongeng adalah bentuk dialog antara orang tua dan anak. "Dengan membiasakan mendongeng pada anak, budaya berdialog dalam keluarga dapat terbentuk dengan baik. Semua masalah bila didialogkan dengan baik dapat terselesaikan dengan lancar," ujar ayah yang mengaku akan menerima dan mendengarkan bila dimarahi anak-anaknya itu. Tiga dari empat anak Seto saat ini menjalani pendidikan di rumah atau `home school`. "Sekolah dengan biaya mahal dan fasilitas lengkap seringkali malah menyiksa anak dengan jam belajar yang panjang hingga sore hari. Empat anak saya tadinya belajar di sekolah semacam itu, tiga di antaranya sudah keluar. Satu yang masih di sana sekarang malah stres," kata Seto mengenai pendidikan anak-anaknya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006