New Delhi (ANTARA News) - Washington, yang mengakui bahwa kesepakatan nuklir AS-India "kontroversial" karena itu "tak ortodoks", menyatakan bahwa hal itu baik bagi rejim anti-penyebaran senjata nuklir dan berusaha menepis kekhawatiran yang mengarah ke perlombaan senjata antara India dan Pakistan. Wakil Menteri Luar Negeri AS Urusan Polisik, Nicholas Burns, mengatakan bahwa pengesahan persetujuan tersebut oleh Kongres AS mungkin "memerlukan waktu", karena akan terjadi "perdebatan sengit" dan "orang akan mengajukan banyak pertanyaan". "Sejujurnya, saya tak terbujuk oleh pengeritik di dalam negeri saya sendiri. Sebagian orang mengatakan ini akan mengarah kepada perlombaan senjata antara Pakistan dan India. Kami tak berpendapat begitu," kata Burns --yang menjadi "interlokutor" dalam perundingan mengenai kesepakatan itu-- kepada stasiun televisi swasta NDTV. "Tak ada alasan mengapa India meski berusaha menggunakan peluang ini untuk melipat-gandakan atau bahkan meningkatkan jadi tiga kali lipat program strategisnya," katanya. Ditambahkannya, New Delhi mengingini "hubungan yang aman" dengan Beijing dan Islamabad. Burn, yang membantah tuduhan bahwa persetujuan tersebut mencerminkan standard ganda AS, menyatakan masalah nuklir India dan Iran "tak dapat diperbandingkan". "Orang mengatakan ini adalah standard ganda... bagaimana anda dapat memperlakukan India dengan satu cara dan Iran dengan cara berbeda. Kami mengatakan mudah saja sebab India adalah (negara) demokratis. India bermain sesuai peraturan. India ingin IAEA (Badan Tenaga Atom Internasional) datang ke negeri itu," katanya. "Iran otokratis, tak bermain sesuai peraturan. Negara tersebut berusaha mendepak IAEA," katanya. Ia menyatakan, "Jadi, ada jawaban, saya kira jawaban persuasif kepada para pengertik." Ia berkata, "Tak perlu ada keraguan bahwa (kesepakatan) ini kontroversial, karena tak ortodoks." (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006