Jakarta (ANTARA News) - Ketua MPR, Hidayat Nurwahid menilai penerbitan majalah Playboy edisi Indonesia melecehkan aspirasi masyarakat Indonesia yang secara bergelombang menolak penerbitan majalah tersebut. Hidayat ketika dihubungi dari Jakarta, Jumat, mengatakan kebebasan pers hendaknya tidak digunakan untuk melakukan provokasi, kontroversi, apalagi memuat informasi yang menurunkan dekadensi moral. "Kita butuh kebebasan yang bertanggung jawab untuk membangunkan masyarakat dari keterpurukan, mendidik, mengejar ketertinggalan dan nilai positif lainnya,dan bukan sebaliknya memuat hal-hal amoral," katanya. Dia mengimbau kepada masyarakat untuk menyikapinya dengan tegas tetapi tidak anarkis. Mantan Presiden PKS itu meminta pemerintah dan penegak hukum menyikapi penerbitan majalah itu secara bijak dengan menimbang kepentingan masyarakat luas. Ketika ditanya bahwa isinya tidak terlalu vulgar, Hidayat mengatakan bahwa nama Playboy saja sudah mengandung konotasi porno sebagaimana majalah asalnya di Amerika Serikat. "Dari segi nama majalah saja masyarakat luas sudah menolaknya," kata Hidayat. Dari segi isi, dia menilai, bisa saja pada edisi perdana Playboy Indonesia relatif sopan, tetapi edisi berikutnya secara perlahan akan menampilkan aslinya. Edisi perdana menampilkan cover Andhara Early (AE). Di "cover story", AE berpose dengan berbagai gaya, dua di antaranya memperlihatkan celana dalamnya. Sementara dalam rubrik wawancara, majalah itu menampilkan novelis Pramoedya Ananta Toer. Sebelumnya, rencana penerbitan majalah Playboy ditentang banyak pihak. Namun, tentangan itu agaknya tidak menyurutkan niat penerbit untuk menerbitkan edisi Indonesia. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006