Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis jantung dr. Silfi Pauline Sirait, SpJP, FIHA mengatakan, tindakan pemasangan cincin jantung (stent) aman untuk dilakukan pada pasien yang menderita penyakit jantung koroner dengan pertimbangan tertentu.

Pemasangan stent atau dalam istilah ilmiah disebut percutaneous transluminal coronary angioplasty (PTCA) merupakan prosedur invasif minimal untuk membuka kembali pembuluh darah yang menyempit akibat penyakit jantung koroner. Silfi mengatakan tindakan ini dilakukan bertujuan untuk memperlancar aliran darah pasien.

Baca juga: Penyakit jantung koroner bisa dicegah dengan kontrol faktor risiko

Ia menjelaskan, tindakan tersebut biasanya dilakukan oleh kardiolog berpengalaman dan menggunakan fasilitas berteknologi tinggi. Menurut data yang ia himpun, angka kematian dari tindakan ini diperkirakan di bawah satu persen dan kemungkinan untuk memerlukan tindakan emergensi berkisar dua persen atau kurang.

“Jadi relatif aman dan ini adalah tindakan yang memang sudah dilakukan di seluruh dunia. Dan di Indonesia pun sudah di berbagai rumah sakit yang melakukan,” kata perempuan yang berpraktik di RSUD Tarakan Jakarta itu dalam webinar yang diikuti di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Mengenal penyakit jantung koroner dan penanganannya

Namun begitu, Silfi mencatat beberapa hal yang perlu dijadikan bahan pertimbangan sebelum pasien ataupun dokter memutuskan untuk melakukan pemasangan cincin jantung.

Pertama, waktu (timing) tindakan. Sebagai contoh, tindakan pemasangan stent dapat dilakukan pada pasien datang dengan serangan jantung yang berat dan membutuhkan tindakan segera.

Baca juga: Pakar sarankan segera ke dokter saat nyeri dada

“Mungkin untuk dilakukan operasi butuh waktu lebih lama untuk persiapannya, sedangkan ini sesuatu yang emergensi. Biasanya mungkin kita akan lakukan pemasangan ring atau balon untuk memperlancar aliran darahnya dulu,” katanya.

Kedua, derajat penyempitan pembuluh darah. Apabila pembuluh darah telah menyempit total, mengeras, dan lama, Silfi mengatakan kondisi tersebut kemungkinan sulit untuk ditembus sehingga dokter akan mempertimbangkan untuk dilakukan pembedahan.

Baca juga: Ahli: Usia 40 tahun sebaiknya periksa kondisi jantung

Selain itu, jumlah pembuluh darah yang mengalami penyempitan juga menjadi pertimbangan lain dalam pemasangan cincin jantung. Silfi mengatakan jika penyempitan terjadi di banyak area, maka dokter tidak melakukan tindakan tersebut dan akan memilih untuk tindakan operasi.

Menurut Silfi, pasien yang terus-menerus memiliki keluhan walaupun telah diberikan obat-obatan yang optimal serta pasien dengan komplikasi lain, seperti gagal jantung dan diabetes, juga bisa menjadi pertimbangan untuk dilakukan tindakan pemasangan stent.

Secara singkat, prosedur PTCA dilakukan dengan cara memasukkan balon dalam kondisi kempes dan cincin jantung ke pembuluh darah dengan menggunakan selang atau kateter.

Baca juga: Layanan penanganan jantung RSUD Tulungagung raih penghargaan nasional

Silfi menjelaskan balon tersebut dikembangkan saat berada di dalam pembuluh darah sehingga dapat memecah penyempitan. Selanjutnya, cincin dimasukkan ke pembuluh darah bersamaan dengan balon yang dikembangkan dan cincin akan menempel pada dinding pembuluh darah. Balonnya dikempeskan kembali untuk dikeluarkan, sementara cincin tetap bertahan di dalam.

“Nanti ring-nya itu akan tinggal di dalam. Dan itu tidak akan dikeluarkan lagi. Kalau dia sudah dipasang di pembuluh darah, dia tidak akan dilepas lagi,” kata Silfi.

Baca juga: Inovasi laskas rsud Tulungagung diapresiasi dunia internasional

Menurut Silfi, waktu yang dibutuhkan untuk menuntaskan tindakan tersebut cukup bervariasi, bisa satu jam hingga tiga jam, bergantung kompleksitas penyempitan pada pembuluh darah pasien.

Setelah dilakukan pemasangan stent, biasanya pasien akan diobservasi untuk beberapa hari sampai dokter yakin kondisinya aman untuk dipulangkan. Nantinya, pasien juga akan dibekali obat-obatan seperti obat pengencer darah atau antiplatelet untuk mencegah pembekuan darah yang terjadi pada stent dan mencegah terjadinya penyumbatan ulang.

Baca juga: Cari "pelampiasan" sehat agar jauh dari penyakit jantung

“Pembekuan darah itu bisa terjadi dalam waktu satu tahun atau lebih setelah pemasangan. Jadi obatnya yang paling umum kita gunakan adalah aspirin dan clopidogrel. Bisanya untuk aspirin akan diberikan seumur hidup sedangkan clopidogrel tergantung dengan jenis stent-nya,” katanya.

Setelah pemasangan stent, pasien juga dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan secara rutin sesuai jadwal dari dokter. Pemeriksaan rutin dilakukan untuk mengevaluasi kondisi kesehatan pasien.

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Tunggul Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2022