Jakarta (ANTARA News) - Menpora Adhyaksa Dault akan melaporkan masalah penerbitan majalan Playboy dan juga terkait dengan masalah pornografi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono karena majalah tersebut telah meresahkan dan memancing kemarahan masyarakat. "Ini sudah meresahkan dan memancing kemarahan masyarakat, saya akan segera melaporkan ini pada Presiden, namun tidak semata-mata masalah majalah tersebut saja," kata Menpora Menpora Adhyaksa Dault dengan nada tinggi di Jakarta, Jumat "Saya juga akan mengusulkan pada Menkominfo untuk memanggil pihak penerbit majalah Playboy Indonesia ini," katanya lagi. Menpora mengatakan ia akan meminta agar ada peraturan yang mengatur masalah seperti terbitnya malajan Playboy tersebut. Pasalnya, menurut Adhyaksa, kewenangan tersebut ada pada Menkominfo. "Namun ekses dari terbitnya majalah Playboy terhadap rusaknya generasi muda bangsa kita, saya yang paling bertanggungjawab," tegas Menpora yang juga kader dari PKS ini. Adyaksa mengatakan, sejak Kamis malam (6/4) mengalir deras pesan singkat ke telepon selulernya. Selain itu juga berdatangan surat-surat ke kantornya. Tidak hanya itu sekitar 48 organisasi juga telah meminta kepadanya untuk menyelesaikan terbitnya majalah tersebut. "Playboy` sudah merupakan `trader mark` majalah porno, majalah cabul, nudis. Ini sudah memancing keresahan dan kemarahan masyarakat. Artinya kan sudah menimbulkan ekses dan reaksi. Saya akan minta pada Kapolri untuk melakukan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap pihak penerbitnya," tegas Adhyaksa. Jadi menurut Menpora, bila pihak penerbit berkilah bahwa isi majalahnya tidak ada hal yang berbau porno, namun dengan judul majalah Playboy saja, sudah bisa diambil tindakan pidana. "Sekarang misalnya kalau orang bikin majalah dengan judul `Kemaluan`, bagaimana, khan tidak etis, Ini sama. Playboy itu sudah `trade mark` cabul," tegasnya. Menpora mengatakan ada dua dugaan terkait terbitnya Playboy. Pertama memang kepentingan bisnis dan kedua bermuatan politis untuk menimbulkan kemarahan masyarakat. "Di tengah tentangan dan reaksi masyarakat yang demikian hebat, belum lagi kita diterpa dengan aksi unjukrasa buruh, mereka sengaja menerbitkan majalah tersebut di tengah-tengah suasana keruh dan tak kondusif, sehingga makin memancing emosi dan kemarahan masyarakat," tegas Adhyaksa. Jika terjadi kerusuhan, katanya, maka pemerintah yang diminta bertanggungjawab. Untuk itu Adhyaksa sekali lagi meminta agar pengelola majalah tersebut untuk memberhentikan penerbitan atau mengganti namanya seperti menjadi Godboy karena penerbitan tersebut lebih banyak keburukannya dibanding kebaikannya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006