Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan konservasi dan riset pengembangan dan pemanfaatan plasma nutfah anggrek langka Coelogyne spp, yang berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan baku kosmetika dan obat.

"Informasi distribusi alami anggrek jenis ini masih sangat terbatas. Untuk itu perlu dilakukan konservasi," kata Kepala Pusat Riset Konservasi Tumbuhan Kebun Raya dan Kehutanan Andes Hamuraby Rozak dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Andes menuturkan BRIN akan melakukan eksplorasi, konservasi, domestikasi, dan penyusunan database plasma nutfah Coleogyne spp hasil eksplorasi pada periode 2013-2015, serta propagasi dan pengembangbiakan plasma nutfah Coleogyne spp.

Baca juga: BRIN perkuat kaderisasi peneliti ciptakan hasil riset berkualitas

BRIN juga akan melaksanakan kajian bioprospeksi plasma nutfah anggrek Coelogyne marthae SEC Sierra yang merupakan salah satu spesies dari genus Coelogyne spp dan kajian eksperimental botani plasma nutfah Coleogyne dan tumbuhan potensial lain.

Selain melakukan pemulihan populasi Coelogyne marthae, periset juga akan mengungkap status konservasinya yang saat ini masih masuk dalam kategori sebagai Data Deficient pada Daftar Merah International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).

Baca juga: BRIN sebut program Glow hadir di sejumlah kebun raya dunia

Untuk melakukan kegiatan tersebut, BRIN menggandeng PT Martina Berto Tbk untuk bekerja sama selama lima tahun dalam mendukung penelitian dan konservasi plasma nutfah Coelogyne terutama Coelogyne marthae SEC Sierra secara ex situ dengan teknik kultur jaringan.

Menurut dia, hingga saat ini sekitar 750 famili, 43.000 spesies, dan 35.000 varietas hibrida anggrek dari seluruh penjuru dunia teridentifikasi. Sementara, Indonesia mempunyai sekitar 5.000 spesies.

Baca juga: BRIN: Hortikultura-perkebunan berpotensi besar atasi perubahan iklim

"Dari jumlah itu, 986 spesies tersebar di hutan-hutan di Pulau Jawa, 971 spesies berada di Pulau Sumatera, 113 spesies tumbuh di Kepulauan Maluku, dan sisanya dapat ditemukan di Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara, dan Kalimantan," katanya.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2022