Sana`a (ANTARA News) - Sejumlah media dan situs Arab, Sabtu (8/4) dengan nada agak terasa sinis melaporkan tentang penerbitan majalah Playboy yang tersohor di manca negara sebagai majalan porno. "Negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia mulai edarkan majalah Playboy edisi Indonesia, sebuah majalah porno yang berasal dari AS," tulis harian Al-Rayah, Qatar dengan judul bombastis "Negeri Muslim terbesar dunia terbitkan majalah playboy". Sementara itu, situs harian Al-Watan, Arab Saudi dalam berita berjudul "Banyak protes atas penerbitan Playboy Indonesia" melaporkan bahwa majalah porno asal AS diterbitkan dalam edisi Indonesia dan mulai beredar Jumat (7/4) di negara pemeluk agama Islam terbesar di dunia. "Dikhawatirkan majalah porno tersebut akan berkembang seperti di negara asalnya meskipun pada edisi pertama Indonesia tidak ada gambar telanjang. Kekhawatiran sebagian masyarakat terutama para pemuka Muslim sengat beralasan," lapornya. Sementara harian Al-Ra`yu (opini) Yordania yang melaporkan peredaran majalah dalam beritanya berjudul "Edisi pertama playboy Indonesia undang protes keras", lengkap dengan gambar majalah dan pengecernya di salah satu sudut pinggir jalan di Jakarta. "Edisi pertama memang tidak ada gambar porno, tapi semua pihak mengerti bila majalah ini adalah majalah porno. Sengaja edisi pertama tidak ada gambar porno sebagai langkah cerdik dari penerbitanya," lapor Al-Ra`yu mengutip kantor berita Reuters. "Terus terang kami malu sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, penerbitan majalan playboy ini menyebar ke seantero jagat terutama di dunia Arab dan Islam lainnya," kata Dr Abu Haekal Luthfi, MA. Menurut pengamat Sospol dan Timur Tengah itu, bila masyarakat tidak mau menimbangnya dengan pendekatan norma agama, seharusnya menimbangnya dengan pendekatan logis berangkat dari azas manfaat dan dampak negatif majalah tersebut. "Kita jangan melihat dampak jangka pendek. Perubahan itu seperti jarum jam bila dipandang sepertinya tidak gergerak atau lama sekali bergeraknya. Tapi kalau diabaikan maka terasa putaran jarum jam itu sangat cepat. Begitu pula dengan dampak majalah itu akan terasa setelah bangsa ini tiba-tiba moralnya hancur," tegasnya. "Secara peribadi sebagai warga Muslim Indonesia malu mendengar pemberitaan ini. Apapun isinya untuk edisi sekarang ini, mendengar nama playboy saja kita malu," papar Fachruddin Jamal, Lc seorang tokoh mahasiswa Indonesia di Yaman.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006